REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Barat (NTB) mengungkapkan aksi kasus pencurian kendaraan bermotor banyak melibatkan anak-anak yang masih berusia 15 tahun dan masih bersekolah.
Selain itu pula banyak melibatkan pemuda yang masih berusia 22 tahun. Oleh karena itu, perlu menjadi perhatian masyarakat termasuk guru di sekolah.
Kapolda NTB, Brigjen Pol Sriyono mengatakan kondisi tersebut sungguh memprihatinkan sehingga masyarakat dan para guru di sekolah harus bisa mengantisipasi agar anak tidak terlibat dalam aksi curanmor.
"Keprihatinan kita, curanmor banyak melibatkan anak-anak di bawah usia sekolah. Ini perlu perhatian masyarakat termasuk guru dan sekolah," ujarnya kepada wartawan saat gelar temuan kendaraan bermotor di Mapolda NTB, Selasa (24/2).
Menurutnya, pihaknya akan bekerja sama dengan pihak sekolah dan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga untuk mencegah anak-anak yang masih sekolah terlibat dalam aksi curanmor. Termasuk, melakukan intropeksi diri dan sosialisasi bagi anak-anak yang sudah terlibat dalam aksi tersebut.
"Di sekolah bisa dilakukan razia untuk mencegah anak sekolah melakukan tindakan curanmor, sehingga yang selama ini mengambil motor curian bisa segera diketahui," ungkapnya.
Selain itu, ia menuturkan, pihaknya terus berusaha mengungkap aktor intelektual dalam setiap kejadian aksi curanmor. Termasuk, berusaha mengungkap aksi sistem tebusan curanmor.
"Masyarakat banyak yang menebus motor dengan diam-diam. Ini yang akhirnya menyuburkan aksi curanmor," ungkapnya.
Sriyono menambahkan pihaknya berhasil menemukan ratusan kendaraan bermotor roda dua dan empat yang sebelumnya telah dicuri pada periode 2014. Kondisi motor curian yang ditemukan sudah banyak yang berganti plat dan no sasis.