REPUBLIKA.CO.ID, KUTA -- PT Angkasa Pura I Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, Bali, menginvestasikan Rp 3 triliun untuk mengembangkan bandara tersebut pada tahun 2015, mengingat tren lalu lintas penerbangan dan penumpang yang terus meningkat.
"Seperti diketahui Bandara Ngurah Rai merupakan pintu gerbang utama Bali tidak hanya bagi wisatawan domestik tetapi juga internasional. Untuk itu AP I membuka selebar-lebarnya pintu memasuki Pulau Dewata melalui peningkatan kapasitas terminal," kata General Manajer PT Angkasa Pura I Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, Herry A.Y Sikado di Kuta, Kabupaten Badung, Selasa (24/2).
Menurut dia, nilai investasi tersebut murni dibiayai oleh Angkasa Pura I sendiri melalui loan investment. Dia menjelaskan bahwa ada empat elemen yang menjadi fokus pengembangan bandara, yakni perluasan terminal domestik dan internasional.
Selain itu, juga perluasan dan penataan apron serta pembangunan akses dari dan ke bandara melalui keikutsertaan Angkasa Pura I dalam pembangunan Bali Tol bersama Jasamarga, Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) dan Pelindo.
"Yang terakhir adalah pembangunan general aviation terminal khusus bagi penerbangan carter yang merupakan terminal jet pribadi pertama di Indonesia," ucapnya.
Sementara itu Co-General Manajer PT Angkasa Pura I Bandara Internasional Ngurah Rai I Gusti Ngurah Ardita menambahkan bahwa jika dibandingkan dengan infrastruktur sebelum pengembangan, luas terminal internasional dan domestik yang baru, meningkat hingga lebih dari dua kali lipat.
Saat ini luas terminal internasional mencapai 129.000 meter persegi dan terminal domestik mencapai 68.000 meter persegi. Sehingga, kata dia, luasan tersebut bisa menampung lebih banyak penumpang.
"Tahun 2014, kami telah melayani 17,3 juta penumpang atau meningkat 11 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya," ujarnya.
Sebelumnya terminal lama bandara kebanggaan masyarakat Bali itu hanya bisa menampung 8,5 juta penumpang per tahun, sangat jauh dibandingkan dengan kondisi saat ini yang memiliki daya tampung 25 juta per tahun.
"Dengan daya tampung yang meningkat hampir 200 persen itu tentu sangat mendukung positif dalam menunjang kepariwisataan Bali," imbuhnya.
Tak hanya itu, lanjut dia, bandara yang terletak di Tuban, Kabupaten Badung itu merupakan bandara pertama yang mengoperasionalkan hold baggage screening atau sistem canggih penanganan bagasi yang dikelola secara komputerisasi.
"Dengan mengaplikasikan teknologi canggih ini pelayanan bagasi menjadi lebih cepat dengan tingkat keamanan yang jauh lebih baik," ucapnya.