Senin 23 Feb 2015 19:32 WIB

JK Bantah Mafia Beras di Balik Melonjaknya Harga Beras

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Satya Festiani
Pekerja memasukkan beras ke karung di Pasar Induk Cipinang, Jakarta Timur, Ahad (22/2).  (Republika/Yasin Habibi)
Pekerja memasukkan beras ke karung di Pasar Induk Cipinang, Jakarta Timur, Ahad (22/2). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perdagangan Rachmat Gobel menuding adanya mafia beras yang menyebabkan harga beras melonjak dalam beberapa hari terakhir ini. Namun, Wakil Presiden Jusuf Kalla membantah tudingan Gobel tersebut.

"Ah nggak ada itu (mafia beras). Hanya orang dagang biasa timbun-timbun nanti juga biar rugi sendiri kita turunkan harga," kata JK usai melakukan rapat koordinasi bersama sejumlah menteri di kantor Wapres, Jalan Medan Merdeka Utara, Senin (23/2).

Selain itu, ia juga menegaskan tak ada oknum yang melakukan penimbunan-penimbunan beras yang menyebabkan harga beras melonjak. "Ndak ada hubungannya penimbunan. Mau timbun silahkan saja, nanti kita suruh tangkap polisi," lanjut dia.

Untuk menstabilkan harga beras, wapres pun memerintahkan Bulog untuk mendistribusikan beras raskin sebanyak 300 ribu ton ke seluruh daerah di Indonesia. Menurutnya, melambungnya harga beras beberapa akhir ini disebabkan oleh masalah distribusi. "Tetapi yang penting begini, karena masalah-masalah administrasi teknis selama 3 bulan terakhir ini, raskin yang mustinya sudah keluar 500 ribu ton sekian, baru keluar 140," jelas JK.

Hingga saat ini, kata JK, Bulog masih memiliki stok beras mencapai setengah juta ton di Bulog. Sebelumnya, Mendag Rachmat Gobel menyebutkan naiknya harga beras akibat ulah mafia beras. "Ini aneh. Ada mafia beras yang bermain di sini," kata Gobel.

Menurutnya, terdapat hal yang janggal dalam sistem distribusi beras. Hal ini disebabkan lantaran sejak Desember 2014 hingga Januari 2015, Bulog telah menggelar Operasi Pasar sebanyak 75 ribu ton. Gobel pun tak menutup kemungkinan keterlibatan orang dalam Bulog yang menyebabkan harga beras melonjak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement