REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Maskapai penerbangan Lion Air mengakui masih adanya keterlambatan jadwal penerbangan hingga hari Senin (23/2) ini. Direktur Umum Lion Air Edward Sirait menjelaskan bahwa delay yang masih terjadi hingga saat ini merupakan efek dari delay pekan lalu.
Meski masih terjadi, Edward yakin bahwa delay akan berangsur-angsur berkurang. "Kalau saat ini masih ada, memang itu akibat dari sebelumnya. Tapi pelan pelan akan membaik," ujar Edward kepada awak media, Senin (23/2).
Edward menambahkan, untuk Lion Air yang terbebas 100 persen dari keterlambatan, akan susah diwujudkan. Dia menyebut, di dunia penerbangan sekali pun, belum ada satu maskapai pun yang bisa menjaga On time performance (OTP) sampai 100 persen.
"Jadi kami mengejar OTP yang 87,5 persen sesuai standar nasional. Lion Air saat ini masih di bawah 80 persen, di bawah rata-rata nasional," ujar Edward.
Sehingga ke depan, salah satu upaya yang akan dilakukan oleh Lion Air melakukan re-setup pesawat. Selain itu, juga akan dilakukan perbaikan standar operasional prosedur (SOP) dalam menangani krisis di lapangan. Perbaikan di berbagai lini di harapkan akan mendongkrak OTP Lion Air hingga mencapai target 87,5 persen.
Namun, ketika dituntut untuk mewujudkan penerbangan yang 100 persen on time, Edward menyebut bahwa ada faktor faktor lain yang di luar kewenangan operator.
"Kalau ditanya sampai kapan, untuk 100 persen itu tidak mungkin, namun untuk 87 persen akan kami kejar karena ada 5 persen yang di luar kendali kami yang menjadi penyebab delay," ujarnya.
Beberapa faktor di luar kendali yang menyebabkan delay antara lain adalah faktor cuaca dan juga faktor kondisi mesin. Seperti yang terjadi pekan lalu, saat satu pesawat Lion Air di Semarang mengalami Foreign Object Damage atau mesin jet pesawat yang kemasukan benda asing. Dalam kasus pekan lalu, benda asing yang masuk adalah burung. "Sudah kami investigasi dan jelas bau daging terbakar," lanjut Edward.