Ahad 22 Feb 2015 20:28 WIB
Kisruh Lion Air

Kisah Tersembunyi di Balik Kisruh Lion Air

Rep: C85/ Red: Bayu Hermawan
Para calon penumpang Lion Air menunggu untuk melakukan refund di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten, Jumat (20/2)..  (Republika/Rakmawaty La'lang)
Para calon penumpang Lion Air menunggu untuk melakukan refund di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten, Jumat (20/2).. (Republika/Rakmawaty La'lang)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Delay berkepanjangan penerbangan maskapai Lion Air sejak Rabu (18/2) lalu membuat ribuan penumpang terkena imbasnya.

Tercatat, hingga Ahad (22/2) ini terdapat 567 jadwal penerbangan Lion Air dari Bandara Soekarno Hatta yang mengalami keterlambatan.

Bahkan pada Kamis dan Jumat lalu, Terminal 1 dan 3 Bandara Soetta tampak mencekam. Calon penumpang yang emosi mengamuk di bandara. Saat itu, tidak ada kejelasan dari pihak Lion Air yang bisa meredam suasana.

Lantas apa yang membuat semuanya serba simpang siur, dan mengapa tidak ada pihak Lion Air yang ada di lokasi untuk menjelaskan. Ternyata, Direktur Pelayanan Bandara Lion Air yang seharusnya berada di lokasi, sedang menerbangkan pesawat menuju Medan. Jabatan ini disandang oleh Kapten Daniel, yang juga menjadi pilot Lion Air.

Berdasarkan penuturan Direktur Operasional Angkasa Pura II, Djoko Murjatmodjo, pihak AP II sudah melakukan komunikasi dengan pihak Lion Air sejak krisis terjadi pada Rabu sore.

"Hingga Rabu pukul 12 malam saya masih kontak Kapten Daniel untuk diskusikan ini," jelasnya.

Namun paginya, Kamis (19/2), saat kekisruhan semakin menjadi, Kapten Daniel tidak bisa dikontak. Usut punya usut, ternyata Direktur Pelayanan Bandara Lion Air ini sedang menerbangkan pesawat tujuan Medan dari Jakarta.

"Paginya begitu lagi (penumpang ngamuk), saya kesini lagi, itu dari pagi sampai siang gak ada komunikasi, ternyata kapten Daniel-nya nerbangin pesawat ke Medan ya. Balik lagi siangnya," ujarnya.

Dengan demikian, ketika kisruh saat Kamis pagi hingga siang, praktis pelayanan kepada calon penumpang sulit dilakukan.

Pilot Senior sebuah maskapai swasta nasional Kapten Prasetyo Kumolo mengatakan, seharusnya seorang petugas yang merangkap jabatan harusnya bisa membagi tugas.

Sehingga saat terjadi krisis di lapangan, maka sosok seorang pengambil kebijakan ada di lapangan.

"Menurut pengalaman saya dulu, ketika saya double job. Maka 70 persen di kantor dan 30 persen terbang. Itu pun 30 persen-nya juga gak wajib. Lihat situasi. Kalau melihat kasus kemarin, ya seharusnya kekisruhan di lapangan diselesaikan dulu," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement