Jumat 20 Feb 2015 19:40 WIB

Balita Gizi Buruk di Solo Terendah Nasional

Rep: Edy Setiyoko/ Red: Djibril Muhammad
Gizi buruk (Ilustrasi).
Foto: IST
Gizi buruk (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo mengukir prestasi dalam penanganan perbaikan gizi warga. Selama lima tahun berturut-turut, tidak ditemukan kasus Balita gizi buruk di seluruh kelurahan yang ada.

Tak hanya itu, DKK Solo juga mencatat angka kekurangan gizi untuk Balita dan anak hanya sekitar 2,5 persen saja. "Hal itu jauh lebih rendah dari target kekurangan gizi secara nasional yang mencapai 15 persen," kata Kepala Dinas DKK Solo, Siti Wahyuningsih, Jumat (20/2).

Dari jumlah populasi Balita yang ada di Kota Solo, yakni 35.741 anak, menurut data ada 923 anak yang menderita kekurangan gizi. Data ini, menurut Siti Wahyuningsih, menunjukkan terjadi pengurangan jumlah angka penderita Balita kekurangan gizi.

Siti mengatakan, kasus kekurangan gizi ini tersebar di 51 wilayah kelurahan yang ada di Kota Solo. Namun, dirinya tidak bisa merinci kelurahan mana yang memiliki angka Balita kekurangan gizi dengan jumlah terbanyak. "Kasus kekurangan gizi ini datanya sangat dinamis," katanya.

Misalnya, bulan ini di kelurahan tertentu ada Balita kekurangan gizi. Namun, bulan depan sudah tidak ada. Jadi, sangat fluktuatif sekali datanya.

Daerah slum area (pemukiman kumuh), lanjut Siti, menjadi perhatian khusus dari DKK dalam menekan angka kekurangan gizi di Kota Solo. Lantaran di kawasan seperti ini, biasanya banyak terdapat kasus tersebut.

Siti juga menjelaskan, perlu adanya pembenahan pola pikir orangtua terhadap asupan gizi bagi putra-putri mereka.

Menurutnya, kekurangan gizi bukan masalah kekurangan makanan, melainkan kekurangan asupan gizi. Anak yang makan makanan mahal sekalipun bisa juga menderita kekurangan gizi, lantaran asupan dinilai tidak memenuhi standar gizi.

Misalnya, anak diberi makan spagety yang harganya mahal. Ini tetap bisa kekurangan gizi, jika tidak pernah mengonsumsi sayuran dan buah. Jadi, terkadang yang salah bukan pola makannya, melainkan asupan gizi yang masuk.

Selain itu, pola asuh orangtua dalam mengawasi makanan anak mereka turut menentukan angka kekurangan gizi ini. Perlu adanya penyuluhan tentang gizi dari kampung ke kampung pada saat Posyandu dan lainnya.

Ini agar tidak ditemukan kasus gizi buruk di Kota Solo, dan penyuluhan itu masih kami lakukan hingga sekarang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement