Kamis 19 Feb 2015 16:30 WIB

Dua Bocah Penderita Gizi Buruk, Butuh Uluran Tangan

Rep: edy setiyoko/ Red: Damanhuri Zuhri
Gizi buruk (Ilustrasi).
Foto: IST
Gizi buruk (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, KLATEN -- Lengkaplah sudah penderitaan dua bocah penderita gizi buruk ini dalam kondisi memprihatinkan.

Oktaviano Nugroho (7) dan Reni Bintang Puspitasari (9), asal warga Dukuh Randusari, Desa Kebondalem Lor, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, butuh uluran tangan.

Nasib kedua bocah tersebut sungguh memprihatinkan. Keduanya, terbaring lemas dalam perawatan Bangsal Menur RSUP Suradjitirtonegoro, Kabupaten Klaten.

Yang lebih memprihatinkan, kedua pasien penderita gizi buruk itu tanpa mendapat jaminan BPJS Kesehatan.

Suratmin (42), paman dari gadis bernama Reni, mengaku kebingungan mencari biaya pengobatan bagi keponakannya yang duduk kelas tiga SD itu.

Soalnya, kedua keponakan tersebut tidak mendapatkan pemihakan program jaminan kesehatan dari pemerintah.

''Sebagai awam, kami kebingungan untuk mencari bantuan kesehatan dari pemerintah. Memang, kami sudah menghubungi pemerintah desa. Tapi, belum ada solusi tindak lanjut,'' kata Suratmin, Kamis (19/2).

Sebelum dirujuk ke RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro, lanjut Suratmin, keponakannya yatim piatu itu sudah dibawanya ke Puskesmas setempat selama sehari semalam.

Sejak umur empat tahun, Reni tidak punya orangtua. Sehari-hari dia dirawat neneknya. ''Setelah semalam di Puskesmas, kami rujuk ke rumah sakit. Ternyata didiagnosa terkena penyakit paru dan gizi buruk,'' imbuhnya.

Menanggapi kondisi demikian, Kepala Desa (Kades) Kebondalem Lor, Agus Nugroho, mengungkapkan, beberapa warga desa juga sempat mengulurkan bantuan, baik berupa logistik maupun uang. Namun, tidak secara terus-menerus.

Keuangan warga dan pemerintah desa untuk memberikan bantuan terbatas, tidak bisa konsisten. Namun, untuk proses pendaftaran jaminan kesehatan kepada kedua bocah itu akan terus akan diupayakan.

Padahal, Vano membutuhkan bantuan susu setiap hari. Dulu, setiap kali Vano dirawat, biayanya ditanggung Dinas Sosial.

Sekedar diketahui, bocah Oktaviano Nugroho hanya memiliki berat badan 8,6 kg. Sejak usia dua tahun dia sudah pisah dengan ibunya, yang sekarang berada di Magelang. Setiap hari yang merawat Vano budhenya.

Sejak dua hari lalu, mulai dirawat di RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro.

Sekitar lima hari mendapat perawatan di Puskesmas Prambanan. Tapi, karena suhu panas tubuh tak kunjung reda, kemudian dirujuk ke RSUP Suradjitirtonegoro.

''Hingga kini belum bisa merangkak, tidak bisa berbicara. Kalau mau minta apa, bisanya cuma nangis dan kami sendiri yang harus peka apa yang diinginkannya''.

Pihak keluarga, kini kebingungan mencari biaya pengobatan. Soalnya, bantuan dari Dinas Sosial sudah dihentikan. Ia berharap ada kepedulian dari pemerintah untuk meringankan bebannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement