REPUBLIKA.CO.ID,PANGKALPINANG--Sekitar 90 persen toko milik warga keturunan Tionghoa di sejumlah pasar tradisional Kota Pangkalpinang Provinsi Bangka Belitung (Babel) tutup saat merayakan Tahun Baru Imlek.
Pasar Pembangunan Pangkalpinang, Pasar Rumput Pangkalbalam, dan sepanjang jalan protokol, terlihat toko sembako, toko pakaian, toko perhiasan, toko bahan bangunan yang tutup.
Selain itu, suasana di sejumlah pasar tradisional dan jalan protokol Kota Pangkalpinang, terlihat sepi.
Pedagang yang berjualan di pasar tradisional tersebut, hanya didominasi pedagang Melayu yang berjualan sayur mayur, ikan, daging dan buah-buahan dan lainnya.
"Setiap perayaan Imlek, seluruh toko milik warga keturunan Tionghoa tutup dan pengunjung pasar sepi," kata salah seorang pedagang daging, Sulaiman di Pasar Pembangunan Pangkalpinang, Kamis (19/2).
Menurut dia, diperkirakan kondisi pasar akan kembali normal pada minggu depan.
"Selama perayaan Imlek ini, kami terpaksa membatasi pemotongan sapi untuk mengantisipasi kerugiaan karena pengunjung pasar yang sepi," ujarnya.
Saat ini, kata dia, harga daging sapi masih bertahan tinggi Rp105 ribu per kilogram, karena pasokan sapi dari luar daerah terbatas.
"Pembatasan pemotongan sapi ini juga karena harga sapi yang cukup tinggi," ujarnya.
Sementara itu, Hadi salah seorang tukang parkir di Pasar Rumput mengatakan, perayaan imlek berdampak terhadap omset yang mengalami penurunan yang cukup drastis.
"Saat ini, pendapatan hanya sekitar Rp 20 ribu saja dibanding pendapatan hari-hari biasa mencapai Rp250 ribu per hari," ujarnya.