Selasa 17 Feb 2015 17:47 WIB

Daerah Wajib Prioritaskan Program Penganganan Bencana

Rep: Niken Paramita Wulandari/ Red: Dwi Murdaningsih
PMI Kota Jakarta Selatan  menggelar simulasi pertolongan pertama penanggulangan bencana di Bumi Perkemahan Apriari Ragunan, Jakarta Selatan, Ahad (7/12). (foto : MgROL 28)
PMI Kota Jakarta Selatan menggelar simulasi pertolongan pertama penanggulangan bencana di Bumi Perkemahan Apriari Ragunan, Jakarta Selatan, Ahad (7/12). (foto : MgROL 28)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua DPD Farouk Muhammad mengungkapkan 33 anggota DPD akan memasukan politik kebencanaan sebagai agenda utama saat masa reses. Hal ini penting dilakukan mengingat Indonesia merupakan salah satu negara paling rawan bencana. Menurut Farouk wacana kebencanaan harus mendapat dukungan baik dari pemerintah pusat maupun daerah. 

“Kemampuan penanganan bencana kita harus terus ditingkatkan karena secara geografis Indonesia ada di tiga lempeng aktif dunia, diantaranya dengan membangun komunikasi secara intensif dengan pemda terkait UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, Sumber Daya Manusia (SDM), dan alokasi anggaran yang sesuai di masing-masing daerah," kata Farouk. 

Farouk meminta setiap anggota atau kelompok provinsi melakukan rapat kerja di daerah dengan masing-masing pemda guna mengetahui kinerja penanggulangan bencana daerah tersebut. Selain itu, DPD juga mendorong pemda agar mengalokasikan anggaran yang sesuai untuk bencana alam, mengingat selama ini dibanyak daerah anggaran bencana di APBD tidak sesuai dengan potensi bencana alam yang terjadi. Dan yang terakhir adalah meminta Pemda agar menempatkan kepala BPBD yang sesuai dengan kompetensi dan kapasitasnya, agar penangangan kebencanaan berjalan optimal.

“Setiap anggota atau kelompok provinsi agar mendorong terwujud dan terlaksananya program penanggulangan bencana yang komprehensif meliputi tahap mitigasi, tanggap darurat, serta rehabilitasi dan rekonstruksi," katanya.

Tercatat sepanjang tahun 2014 berdasarkan data BNPB terjadi 1.475 kejadian bencana yang telah menyebabkan 561 korban meninggal dan hilang, 2,65 juta jiwa menderita dan mengungsi, 50.883 unit rumah rusak, 430 ribu rumah terendam banjir, dan ratusan fasum rusak. Secara umum 99 persen kejadian bencana tahun 2014 adalah bencana hidrometeorologi dan 61 persen korban meninggal disebabkan oleh longsor. Dampak nya telah mengakibatkan 561 jiwa korban meninggal dan hilang akibat bencana ini lebih kecil jika dibandingkan dengan korban tewas pada saat arus mudik dan balik Lebaran 2014 yaitu 650 jiwa atau 2,4 persen dari jumlah korban tewas akibat laka lantas tahun 2013 yang mencapai 23.385 jiwa.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement