Selasa 17 Feb 2015 03:16 WIB

LIPI: Wiranto Terpilih karena Jaringan dan Uang

Rep: C82/ Red: Erik Purnama Putra
Ketua Umum Partai Hanura Wiranto (tengah).
Foto: Antara
Ketua Umum Partai Hanura Wiranto (tengah).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wiranto kembali terpilih kembali dalam Musyawarah Nasional (Munas) II Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) periode 2015-2019 di Solo. Wiranto terpilih secara aklamasi oleh seluruh peserta Munas.

Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Indria Samego menilai, Wiranto kembali terpilihnya merupakan potret organisasi kemasyarakatan khususnya partai politik (parpol) di Indonesia. Menurut Indria, di Indonesia, sosok figur lebih menentukan dibanding hal yang lain.

"Figur dapat menjadi sumber legitimasi supporter politik. Selain itu, parpol juga membutuhkan figur yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan-kepentingan partai itu sendiri, untuk mendukung eksistensi partai, pendanaan dan lain-lain agar ringan," kata Indria kepada Republika, Senin (16/2).

Indria mengatakan, figur menjadi hal yang sangat penting dalam memilih ketua umum (ketum). Alasan tersebutlah yang menurutnya menjadikan Wiranto kembali keluar sebagai ketum Partai Hanura.

"Karena kalau lihat secara langsung di Hanura selain Wiranto siapa lagi. Ada Chaeruddin atau Subagyo, dua-duanya memang jenderal, tapi dalam hal jaringan, Wiranto lebih luas, jadi lebih mudah untuk mencari uang dibanding Chaeruddin atau Subagyo. Dalam berorganisasi, Wiranto juga lebih luwes," jelasnya.

Namun, sosok figur yang berpengalaman dan dapat diandalkan, lanjut Indria, ternyata menjadi dilema dalam dunia parpol. Bukan hanya Hanura, namun juga PDIP, Partai Demokrat dan partai besar lain. Ia menyebutkan, hal tersebut menjadi dilema karena di satu sisi regenerasi di tubuh partai akan terhambat.

"Kalau orang muda kan belum punya jaringan, tidak dikenal. Dilemanya begitu. Semua parpol kan butuh humas untuk uang," ujarnya.

Ia pun membenarkan alasan perpecahan yang seringkali digunakan oleh kaum senior partai untuk terus memimpin. "Memang benar. Kalau ditinggalkan Wiranto sekarang, partai pecah, pemilu 2019 tambah berat melakukan konsolidasi karena perekatnya tidak ada," kata Indria.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement