REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik dari Universitas Indonesia, Zulfikar Ghazali mengatakan, partai politik di Indonesia sudah seperti perusahaan. Saham utamanya dimiliki ketua umum.
Menurutnya, ketua umum yang menentukan masalah regenerasi di parpol tersebut. Termasuk di Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura).
"Mungkin kalau nama sudah kembali bagus, modal sudah kembali, baru regenerasi. Kalau enggak ya terus-terusan aja dia, orang partainya punya dia," ujarnya.
Seperti diketahui, Wiranto kembali terpilih sebagai ketua umum dalam Musyawarah Nasional (Munas) II Partai Hanura periode 2015-2019 di Solo. Wiranto terpilih secara aklamasi oleh seluruh peserta Munas.
Zulfikar menilai ada kemungkinan perpecahan jika tokoh-tokoh baru dan muda muncul menggantikan para incumbent dan kaum 'tua' untuk mengisi posisi strategis di partai. Meski begitu, Zulfikar mengatakan, kemungkinan perpecahan tersebut sangat kecil terjadi.
"Misalnya, nanti ada tokoh-tokoh yang melejit, itu yang ditakuti para kaum tua itu. Tapi dia (kaum tua) kan juga perlu banyak cari dukungan, finansial. Jadi agak sulitlah," kata Zulfikar kepada ROL, Senin (16/2).
Ia berpendapat, untuk maju sebagai calon pimpinan partai, lanjut Zulfikar, para kaum muda dan baru harus memiliki modal yang kuat dan dipercaya para kaum tua untuk tampil. Menurutnya, hal tersebut dilakukan sesekali oleh parpol agar mereka tidak frustasi dan dapat berujung pada pengunduran diri dari partai.
"Dia harus dimungkinkan oleh yang tua-tua untuk tampil. Kalau nggak, susah langsung naik gitu," kata Zulfikar.