REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Guyuran hujan sejak Ahad (8/2) malam hingga Senin (9/2) menyebabkan banjir di beberapa titik di daerah DKI Jakarta. Menurut Pengamat Tata Kota, Nirwono Yoga, banjir di Jakarta disebabkan oleh drainase Jakarta yang tidak ideal.
Nirwono menjelaskan, kondisi drainase di Jakarta yang berfungsi hanya tinggal sepertiganya. Dia menyebutkan kondisi drainase tersebut banyak dipenuhi oleh sampah dan juga tidak terhubung antar satu saluran dengan saluran lainnya. ”Hal inilah yang menyebabkan air tak tertampung sempurna di drainase,” ujarnya, Kamis (12/2).
Nirwono menyebutkan drainase yang ada kebanyakan dari sisa bangunan belanda. Selain itu, beberapa juga dibangun di tahun 70-an. Daya tampung drainase yang ada pun hanya cukup menampung 60 sampai 70 milimeter curah hujan yang ada.
Sedangkan hujan yang terjadi kemarin besarnya sampai 220 sampai 260 milimeter curah hujan. “Jelas ini menyebabkan air mencari tampungan lain di luar drainase yang ada,” kata dia.
Saat ini, Pemprov DKI Jakarta harus fokus pada pembenahan drainase. Yang sudah ada, kata dia, diperbaiki lagi. Sedangkan di sisi lain juga perlu dibangun drainase baru.
Banjir yang melanda Jakarta tahun ini sifatnya merata. Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), banjir di Jakarta Barat meliputi 108 RW, 23 kelurahan, delapan kecamatan dengan penduduk terdampak 2.738 KK (8.237 jiwa). Pengungsi ada 1.668 jiwa di dua titik pengungsian.
Di Jakarta Pusat, wilayah yang terendam banjir ada 11 RW, delapan kelurahan dan enam kecamatan. Di Jakarta Selatan wilayah yang terdampak 38 RW, 21 kelurahan, tujuh kecamatan dengan penduduk terdampak 2.092 KK (7.280 jiwa).
Di Jakarta Timur ada 60 RW, 27 kelurahan, tujuh kecamatan dengan pengungsi 1.800 jiwa di 6 titik pengungsian. Sedangkan, di Jakarta Utara wilayah yang terendam banjir ada 89 RW, 18 kelurahan, 5 kecamatan dengan pengungsi 2.518 jiwa di 6 titik pengungsian.