Rabu 11 Feb 2015 04:38 WIB

Peneliti Temukan Spesies Parasit Plasmodium Jenis Baru di Sumut

Nyamuk Malaria
Foto: AP
Nyamuk Malaria

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN --  Klinik Penyakit Tropik dan Infeksi Medan bekerja sama dengan tim peneliti bagian anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara berhasil menemukan spesies parasit plasmodium jenis baru di provinsi itu.

Dr dr Umar Zein di Medan Selasa mengatakan parasit jenis itu tergolong baru dan belum pernah mengemuka.

"Kita masih menduga plasmodium itu adalah knowlesi atau yang lain. Sementara sampai saat ini plasmodium jenis knowlesi belum pernah dilaporkan ada di Sumut. Kalau di Indonesia masih terdapat di Kalimantan," katanya.

Untuk membuktikan kebenarannya, pihaknya sudah mengirimkan sampel gambar dan darah dari pasien yang terinfeksi ke Fakultas Kedokteran Brawijaya, Malang yang selama ini bekerjasama dengan Klinik yang dipimpin oleh dr Umar Zein.

"Kita tinggal menunggu hasil selama satu minggu ini," katanya.

Untuk plasmodium jenis knowlesi (jenis baru untuk Sumut), lanjutnya, pertama kali ditemukan pada tahun 2004 oleh dokter asal Malaysia Balbir Singh, tepatnya di Serawak, Malaysia, yakni Morfologi (bentuk secara mikroskopik) persis seperti Plasmodium Malariae.

Gejala dari Plasmodium Knowlesi ini, sambungnya, seperti malaria yang disebabkan oleh plasmodium yang lain, seperti demam, menggigil, sakit kepala dan bisa menyebabkan malaria berat, yakni, gangguan kesadaran. Plasmodium Knowlesi ini dulunya menginfeksi monyet ekor panjang atau Macaca Fascicularis. Lalu, bermutasi (pindah) ke manusia.

"Sampai sekarang kita tidak tahu sudah berapa banyak pasien yang menderita malaria dari jenis Plasmodium Knowlesi ini. Oleh karena itu, maka dibutuhkan penelitian lebih mendalam baik terhadap jenis parasitnya, vector maupun pasien yang terinfeksi parasit tersebut," katanya.

Ia juga juga berharap agar penelitian ini terus dilakukan, karena jika tidak cepat, dikhawatirkan nanti justru masuk para peneliti asing.

"Sementara, parasit tersebut berada di wilayah Sumatera Utara. Ini kan merupakan aset ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan itu kita anggap tidak bernilai. Bagi orang asing, pengetahuan seperti ini sangat berharga sekali. Dan mereka penemu-penemu itu justeru diberi insentif dan diberi dana untuk meneliti lebih jauh," katanya.

Di sumut maupun Medan memiliki badan penelitian dan pengembangan, lalu universitas, baik swasta dan negeri juga memiliki unit penelitian, namun sampai saat ini belum ada penemuan spektakuler dari sisi ilmiah. "Nanti kalau ada orang yang meneliti dan dipatenkan, baru kita sibuk," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement