Selasa 10 Feb 2015 22:21 WIB

Benarkah Orang Minang Kurang Bahagia?

  Dua wanita berpakaian adat Minangkabau.  (ilustrasi)
Foto: Antara
Dua wanita berpakaian adat Minangkabau. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG  --  Kabar kurang menggembirakan itu datang setelah Badan Pusat Statistik merilis hasil survei indeks kebahagiaan masyarakat yang menempatkan Sumatra Barat pada urutan tiga terbawah setelah Papua dan Nusa Tenggara Timur.

Berbeda jauh dengan Kepulauan Riau yang hanya berjarak 45 menit menggunakan pesawat udara dari Padang. Ternyata provinsi yang berbatasan dengan Singapura itu dinobatkan sebagai provinsi yang penduduknya paling bahagia di Indonesia dengan angka 72,42 poin.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh BPS pada 2.368 rumah tangga tersebar di 19 kabupaten dan kota, diperoleh hasil indeks kebahagiaan warga Sumatera Barat berada pada angka 66,79 dari skala 0-100.

Beragam komentar pro dan kontra bermunculan menanggapi hal itu, mulai dari tokoh masyarakat, pejabat, politisi hingga menjadi perbincangan di sejumlah warung kopi, dunia maya dan jejaring sosial.

Bahkan Ketua Komisi Pemilihan Umum Husni Kamil Manik yang berasal dari Sumbar ikut berkomentar melalui akun jejaring sosialnya yang mempertanyakan mengapa hasil survei BPS menempatkan tingkat kebahagiaan warga Sumbar hanya pada urutan ketiga dari bawah.

Apa gerangan yang menyebabkan Sumbar hanya berada di atas Papua dan Nusa Tenggara Timur. Benarkah orang Minang tidak bahagia?

Menjawab hal itu, Kepala Bidang Statistik Sosial BPS Sumbar Satriono menjelaskan pihaknya menggunakan 10 indikator untuk mengukur tingkat kebahagiaan dimana semakin tinggi angkanya menunjukan tingkat kehidupan yang semakin bahagia.

Ia mengatakan kebahagiaan merupakan suatu hal yang dirasakan dan dipersepsikan secara berbeda oleh setiap orang, karena itu pengukuran kebahagiaan merupakan hal yang subjektif. "Kebahagiaan menggambarkan indikator kesejahteraan subjektif yang digunakan untuk melengkapi indikator objektif," kata Satriono.

Satriono menjelaskan 10 indikator yang dipakai dalam mengukur indeks kebahagiaan tersebut adalah keharmonisan keluarga, kondisi keamanan, keadaan lingkungan, hubungan sosial, dan ketersediaan waktu luang. Kemudian, kesehatan, pekerjaan, kondisi rumah dan aset, pendapatan rumah tangga dan pendidikan.

"Ke-10 aspek tersebut secara substansi dan bersama-sama merefleksikan tingkat kebahagiaan, berurutan dari tingkat kepuasan warga," kata dia.

Menurutnya, tiga aspek yang berkontribusi paling tinggi dalam menentukan indeks kebahagiaan warga Sumbar adalah pendapatan rumah tangga sebesar 14,49 persen, pendidikan 13,59 persen serta kondisi rumah dan aset 13,53 persen.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement