Selasa 10 Feb 2015 20:50 WIB

Pola Pikir Atasi Banjir Dinilai Masih Salah

Rep: C09/ Red: Yudha Manggala P Putra
Petugas kepolisian menggunakan perahu karet mengevakuasi warga yang rumahnya terendam banjir di Petogogan, Jakarta Selatan, Selasa (10/2).(Republika/Agung Supriyanto)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Petugas kepolisian menggunakan perahu karet mengevakuasi warga yang rumahnya terendam banjir di Petogogan, Jakarta Selatan, Selasa (10/2).(Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pengamat Perkotaan Universitas Trisakti Nirwono Yoga menyatakan, cara berpikir pemerintah dalam mengatasi banjir selama ini masih salah. Pemerintah selalu berpikir bagaimana membuang air hujan secepat-cepatnya, padahal seharusnya bagaimana menampung dan menyerap air sebanyak-banyaknya.

 

“Jakarta hanya siap menghadapi banjir dari segi kesiapan pompa, tapi cara berpikirnya masih salah,” jelas dia, saat dihubungi ROL, Selasa (10/2).

 

Menurutnya, program-program pemerintah seperti membuat sodetan, melakukan kanalisasi, sampai menyediakan pompa, hanya bertujuan untuk membuang air secepat-cepatnya ke laut. Sedangkan, sistem penanggulangan banjir dengan tanggul juga dinilai tidak akan menyelesaikan masalah.

 

“Belum lagi Jakarta memiliki persoalan penurunan muka tanah dan persediaan air bersih yang terbatas,” kata Nirwono.

 

Masalah dari pembuatan tanggul bantaran sungai dengan beton-beton itu, tambah dia, di antaranya akan membuat air sungai berjalan semakin cepat karena tidak ada penyerapan di sisi kiri dan kanannya. Sehingga pada saat yang bersamaan, sedimentasi atau pengendapan juga semakin cepat.

 

“Itu sudah terbukti di beberapa kota, termasuk di Solo, setelah dua tiga tahun dibuat penanggulan beton, itu sungainya harus terus dikeruk,” ungkapnya. Terlebih lagi, pembetonan dirasa tidak ramah lingkungan, karena habitat di kiri kanan sungai juga akan mati.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement