REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla mengaku pemerintah belum membahas terkait penurunan harga solar. Padahal, harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis itu diperkirakan kembali turun pada bulan ini.
"Belum kita bicarakan. Tapi ini saya katakan tadi ada harga tertentu dimana basic price-nya ada, agar tetap perhitungan angkutan itu diketahui dengan betul," kata JK di gedung Graha Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa (10/12).
Menurut JK, pemerintah harus menetapkan harga dasar BBM agar kendaraan umum dapat memperhitungkan tarif angkutannya. Harga BBM yang sering berubah akan menyebabkan kekeliruan perhitungan harga.
"Kalau terlalu banyak turun naik juga nanti kalkulasinya menjadi keliru," katanya.
Sebelumnya, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, I Gusti Nyoman Wiratmadja menyatakan harga solar kemungkinan akan kembali turun pada bulan ini. Penurunan harga solar ini berdasarkan harga Mid Oil Platts Singapore (MOPS), harga acuan Singapura yang cenderung turun.
Penghitungan besaran harga BBM ini dilakukan tiap bulan sekali berdasarkan harga minyak dunia. Tahun ini pun disebut merupakan pertama kalinya pemerintah mendapatkan keuntungan dari penjualan BBM.
JK menilai, hasil keuntungan dari penjualan BBM karena harga minyak mentah dunia yang semakin menurun. Negara akan menabung hasil dari keuntungan penjualan BBM.
"Untuk itu jangan lupa hari ini untung karena harga turun, harga 45. Tapi apakah 45 akan bertahan selama beberapa bulan, pasti naik lagi kan. Ini tabungan untuk mencegah turun-naiknya begini," kata JK.
Menurutnya, keuntungan yang didapat oleh Pertamina justru merupakan hal yang baik. Pasalnya, selama ini pertamina selalu merugi. "Apa salah kalau Pertamina untung? Ndak kan, karena itu perusahaan negara selama ini justru rugi di subsidi. Sekali-kali dia," tambahnya.