REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Perubahan harga tarif angkot tidak hanya berdasarkan harga bahan bakar minyak. Namun, juga dipengaruhi harga suku cadang kendaraan.
"Minyak (BBM) turun, tapi separepartnya mahal kali," ujar salah satu sopir angkutan kota jurusan Amplas, Medan, Adi (31 tahun) kepada Republika, di Medan, Senin (2/2) sore.
Bahkan, kata dia, harga suku cadang yang lebih berpengaruh dari pada harga BBM. Sebab suku cadang angkot sering rusak, seiring bertambahnya usia kendaraan.
Jika dia mengacu kepada harga yang ditetapkan pemerintah kota Medan, maka akan berimbas pada daya beli suku cadang mobilnya. "Beli barang (sparepart) seperti apa?" katanya.
Dia mengaku tidak sepakat dengan penurunan harga yang ditetapkan. Menurut dia kisaran harga tersebut terlalu murah. Sebelumnya, Pemerintah Kota Medan telah menurunkan tarif angkutan kota (Angkot) dari Rp 5.500 menjadi Rp 4.600 per estafet.