REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan memperkirakan puncak wabah penyakit demam berdarah dengue (DBD) terjadi bersamaan dengan puncak musim hujan tahun 2015 ini.
Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP&PL) Kemenkes, Mohamad Subuh mengatakan, merebaknya wabah DBD merupakan siklus lima tahunan dan lonjakan kasus DBD terakhir terjadi pada tahun 2010 lalu.
Untuk itu, mereka memperkirakan siklus puncak wabah DBD terjadi tahun ini dan bersamaan dengan puncak musim hujan dalam bulan-bulan ini.
“Peningkatan kasus terjadi karena saat ini sedang musim hujan yang merupakan salah satu pemicu terjadinya genangan air. Sehingga, dapat membuat perkembangbiakan nyamuk dan berpotensi menularkan DBD,” katanya kepada Republika, di Jakarta, Senin (2/2).
Menurut Subuh, hampir semua daerah di Indonesia adalah endemis DBD. Provinsi yang mengalami peningkatan kasus virus yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti ini diantaranya Jawa Tengah, Sumatra Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Utara.
“Bahkan, provinsi Jawa Timur dan Kalimantan Selatan sudah menetapkan kasus DBD sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB),” ujarnya.
Pada Desember 2014, Kemenkes sudah mengirimkan surat edaran yang berisi imbauan waspada DBD ke semua gubernur dan kepala dinas kesehatan di provinsi. Pemerintah daerah siminta sosialisasi ke masyarakat tertkait puncak DBD pada tahun ini.
Kemenkes juga mengaku telah mengimbau supaya rumah sakit siaga melakukan perawatan kasus DBD sekaligus memastikan kesiapan laboratorium. “Kalau mau pencegahan yang luar biasa dan paling efektif ya perlindungan lewat vaksinasi. Tetapi, kami masih dalam tahap penelitian,” ujarnya.