REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ratusan takmir masjid se DI Yogyakarta mengikuti Temu Karya Takmir Masjid (TKTM) di Balai Dakwah Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Yogyakarta, Ahad (1/2).
Dalam TKTM tersebut para takmir ini membahas tentang potensi ekonomi jamaah masjid yang bisa dioptimalkan melalui kelembagaan masjid. Pertemuan takmir se-DIY ini berlangsung sehari dan dipimpin Ketua Umum Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Dewan Masjid Indonesia (DMI) DIY, Muhammad.
Sekretaris Panitia TKTM PWM DMI DIY, Sutardi mengatakan, pertemuan takmir masjid se-DIY ini baru pertama dilakukan. "Yang hadir hanya 200 an takmir dari 200 masjid," ujarnya.
Padahal jumlah masjid di DIY ada sekitar 7.000 masjid. "Ini baru pertemuan pertama untuk selanjutnya mudah-mudahan semua takmir bisa hadir," katanya.
Selain untuk bersilaturahmi dan saling mengenalkan diri antar takmir, ajang TKTM 2015 ini menurutnya, juga digunakan untuk mengeratkan persaudaraan antar takmir masjid dan melakukan pemetaan potensi ekonomi jamaah masjid.
"Melalui ajang ini kita ingin memetakan potensi-potensi ekonomi jamaah di DIY itu seperti apa. Potensi yang maana yang bisa diberdayakan melalui kelembagaan takmir masjid dan bisa berimbas pada peningkatan kesejahteraan jamaah dan kemakmuran masjid sendiri," katanya.
Selama ini kata dia, potensi ekonomi jamaah belum dikelola secara baik melalui kelembagaan masjid. Padahal masjid sebagai titik kumpul jamaah merupakan tempat yang strategis dana pemberdayaan potensi ekonomi jamaah tersebut.Karenanya dalam TKTM tahun ini juga dibagi dalam beberapa komisi kerja yang bertugas melakukan pemetaan atas potensi tersebut.
Diakui Sutardi, selain melakukan pemetaan potensi ekonomi masjid TKTM 2015 juga merupakan pemanasan muktamar DPP DMI Indonesia 2015. Melalui Muktamar ini seluruh takmir masjid nanti akan berkumpul di DIY.
Dalam TKTM tersebut juga dihadirkan beberapa pembicara terkait potensi ekonomi jamaah masjid. Pembicara tersebut antara lain Ketua Umum DPW DMI DIY, Muhammad, Ketua Majelis Ekonomi PWM DIY M Ridwan dan Hamim Ilyas.
Hamim Ilyas dalam kesempatan itu mengatakan, takmir masjid merupakan model pengelolaan masjid di era modern. Pada zaman Nabi Muhammad SAW, pengelolaan masjid dilakukan dengan Markaz. Dimana masjid menjadi pusat peribadatan sekaligus pusat pemerintagan dan pelayanan publik.
"Sedangkan pada zaman khulafa urasyidin sampai zaman kasultanan masjid dikelola dengan model Tawalli," katanya.
Model Tawalli ini masjid bukan hanya berfungsi sebagai tempat ibadah saja, tetapi juga tempat pendidikan, pusat studi keilmuaan dan tempat pengadilan. "Di zaman sekarang dengan pengelolaan takmir masjid juga dikembangkan fungsinya bukan hanya sebagai tempat ibadah semata tetapi juga menjadi tempat pendidikan tambahan," ujarnya.
Fungsi masjid sebagai tempat pendidikan tambahan itupun menurutnya, tergantung dari manajemen yang dilakukan oleh takmir sendiri.