Kamis 29 Jan 2015 00:56 WIB

Peneliti Belanda dan Tanzania Ingin Teliti Citarum

Rep: Arie Lukhardianti/ Red: Yudha Manggala P Putra
Seorang pemulung mencari rongsokan di Sungai Citarum di daerah Batujajar, Kabupaten Bandung Barat.
Foto: Republika/Edi Yusuf
Seorang pemulung mencari rongsokan di Sungai Citarum di daerah Batujajar, Kabupaten Bandung Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Para peneliti lingkungan asal Belanda dan Tanzania, tertarik untuk menggandeng Pemprov Jabar dalam meneliti berbagai permasalahan yang terjadi di Sungai Citarum. Karena, saat ini Citarum sebagai sungai terkotor di dunia sehingga menjadi perhatian dunia.

‘’Kami tertarik meneliti Citarum karena kalau bisa menyelesaikan masalah di sini maka bisa menyelesaikan masalah sungai kotor di mana pun,’’ ujar Director Institute for Science Innovation and Society (ISiS) dari Belanda, Prof dr AJM Smith kepada wartawan usai bertemu dengan Wakil Gubernur Jabar, Deddy Mizwar, Kamis (28/2).

Smith mengatakan, Ia melakukan penelitian karena sangat tertarik dengan permasalahan Sungai Citarum. Karena, permasalahan di Citarum ini bukan hanya sampah dan  banjir saja. Tetapi, terkait juga dengan pemberdayaan masyarakat terhadap pelestarian lingkungan.

"Itu perlu melibatkan semua pihak, Kalau hanya pemerintah saja sulit. Karena, sudah dilakukan di Jerman Tanzania, Newzealand  dan Belanda," katanya.

Menurut Smith, kerja sama dengan Pemprov Jabar dijalin karena pihaknya ingin berbagai ilmu dan pengalaman. Apalagi, sungai Citarum sudah sangat terkenal karena  kondisinya yang kotor. Untuk menyelesaikan masalah ini, penyadaran manusia menjadi  sangat penting.  Karena, kerusakan tersebut salah satu penyebabnya kurang kesadaran dari masyarakat.

 "Walaupun harus dibenahi secara kontruksi, orangnya pun tetap harus disadarkan,’’ katanya.

Smith yakin, kalau masyarakat sudah sadar program pembenahan Citarum ini akan berhasil. Jadi, Ia sebagai peneliti saling belajar dan bertukar informasi dengan Indonesia. ‘’Kami berikan pengetahuan yang kami miliki, dan kami pun belajar dari kondisi di Indonesia. Ini persoalan yang sangat kompleks," katanya.

Semenatara menurut Ketua Prodi Master dan Doktoral Teknik Lingkungan  ITB, Dwina Rosmini.  para peneliti lingkungan asal Belanda dan Tanzania memang tertarik untuk meneliti kondisi sungai Citarum. Walaupun,  sebenarnya kerja sama penelitian tentang Citarum sendiri sudah sering dilakukan. Terutama, dengan peneliti dari  ITB yang  sudah dilakukan sekitar 4 tahun lamanya.

"Banyak kerja sama yang bisa dilakukan,  Bisa pertukaran teknologi, bertukar informasi. Yang jelas Kami berpikir untuk  menyelesaikan bersama," kata Dwina.

Dikatakan Dwina, kerja sama penelitian yang diminati para peneliti Belanda dan Tanzania akan fokus pada beberapa hal. Terutama, pada keberlangsung lingkungan hidup dan memperbaiki kualitas air. Terlebih masalah ini, menjadi perhatian internasional, tak hanya di Negara berkembang saja. "Kami punya penelitian jadi kerja sama antara Indonesia dan Nederland,’’ katanya.

Menurut Dwina,  semua orang harus memiliki perencanaan. Jadi, tak hanya dari sisi kontruksi yang diperbaiki, tapi bagaimana agar membuat semua masyarakat sadar. ‘’Kesadaran sosialnya ini yang harus dibangun agar tidak merusak lingkungan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement