REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia akan segera memasuki bebas Asia Tenggara seiring dengan akan berlakunya kesepakatan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada akhir tahun 2015 ini.
Dengan berlakunya MEA, setiap negara anggota ASEAN, termasuk Indonesia harus membuka pasarnya dan akan mengalami aliran bebas barang, jasa, investasi, dan tenaga kerja terdidik dari dan ke masing-masing negara.
Hal itu akan menciptakan persaingan di antara negara ASEAN untuk dapat memperoleh manfaat ekonomi sebesar-besarnya dari pasar bebas tersebut. Tujuannya demi kemajuan ekonomi dan meningkatnya kesejahteraan masyarakatnya masing-masing.
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Marwan Jafar memandang serius diberlakukannya MEA. "Kita tidak ingin desa-desa hanya menjadi konsumen saja, kita ingin produk-produk buatan pengusaha desa dan industri berbasis desa mampu bersaing di pasar domestik maupun regional bahkan global," kata Marwan di Jakarta, kemarin.
Marwan mengimbau, para pelaku usaha dan industri di desa yang rata-rata merupakan usaha dan industri kecil menengah (UKM/IKM) akan ditingkatkan daya saingnya. Termasuk, mengataai berbagai kendala UKM/IKM desa yang selama terjadi. Seperti, lemahnya permodalan, pemasaran, teknologi dan sumber daya manusia.
Berbagai kendala tersebut akan diatasi melalui bantuan program pelatihan kewirausahaan, manajemen, pemasaran, teknik produksi modern, teknis pengemasan modern, bantuan peralatan, modal usaha.
"Seperti produk kerajinan yang banyak dihasilkan oleh industri rumahan desa, karena kemasannya kurang menarik ya hanya bisa dijual dengan di desanya sendiri dengan harga murah pula," ujar politikus PKB tersebut. "Tapi setelah dikemas dengan kemasan modern yang menarik, produk tersebut dapat diekspor dengan harga tiga kali lipat."