Selasa 27 Jan 2015 15:37 WIB

Tim SAR TNI Nyerah Angkat Badan Pesawat Air Asia QZ8501

Rep: rusdy nurdiansyah/ Red: Winda Destiana Putri
Bagian badan pesawat Air Asia
Foto: Youtube
Bagian badan pesawat Air Asia

REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALAN BUN -- Proses upaya evakuasi pengangkatan badan pesawat Air Asia QZ8501 kembali mengalami kegagalan.

Hal ini membuat frustasi pasukan seluruh tim SAR TNI terutama dari unsur TNI AL yang dikerahkan membantu tim Badan SAR Nasional (Basarnas).

"Seluruh tim SAR TNI pull out dari daerah operasi untuk konsolidasi," kata Panglima Armada RI kawasan Barat (Pangarmabar) Laksda TNI Widodo di KRI Banda Aceh yang berada di titik lokasi terbaringnya bangkai pesawat Air Asia QZ8501 di perariran Selat Karimata, Kalimantan Tengah (Kalteng) Selasa (27/1).

Dituturkan Widodo, penarikan pasukan tim SAR TNI ini berdasarkan perintah Panglima TNI Jenderal Moeldoko. "Panglima TNI memerintahkan tim SAR TNI untuk menghentikan pengangkatan sekaligus diperintahkan untuk konsolidasi. Kami siap kalau ada perintah tim SAR TNI untuk kembali membantu pengangkatan badan pesawat," tuturnya.

Atas perintah tersebut, seluruh armada kapal TNI meninggalkan titik lokasi terbaringnya pesawat Air Asia QZ8501 yang berada di kedalaman 30 meter pada perairan Selat Karimata, Kalteng.

KRI Banda Aceh sudah meninggalkan lokasi menuju Jakarta. KRI Yos Sudarso menuju ke Semarang, kapal KM Pacitan, dan kapal Crest Onyx milik SKK Migas juga ditarik kembali ke Pelabuhan Panglima Utar Kumai, Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat (Kobar), Kalteng.

Diungkapkan Widodo, cuaca yang buruk dan rapuhnya badan pesawat membuat tim SAR TNI nyerah untuk dapat berhasil mengangkat badan pesawat. Sudah tiga hari dievakuasi namun tidak berhasil. Terakhir badan pesawat sempat terangkat namun tali terputus dan badan pesawat kembali ke dasar laut dan terpecah.

"Cuaca cukup baik hanya di pagi hari, setelah itu cuaca kerap tak menentu lebih kepada cenderung cuaca buruk, angin kencang dengan gelombang laut diatas dua meter dan arus bawah laut juga cukup kencang diatas satu knot. Kondisi ini sudah tidak efektif dan efisien," pungkas Widodo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement