REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kehilangan keluarga atau kerabat dengan cara yang tidak wajar menjadi beban psikologis tersendiri. Seperti dalam insiden jatuhnya Air Asia QZ 8501, tidak banyak anggota keluarga atau kerabat yang berani ikut mengurus jenazah orang-orang terkasih mereka itu.
Bisa dimaklumi, jasad korban memang tak lagi baik. Tentunya dibutuhkan keteguhan jiwa yang sangat kuat untuk menyaksikan atau ikut mengurus jenazah mereka. Ketua tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jatim Kombes Pol dr Budiyono menggambarkan, setelah jenazah teridentifikasi, timnya segera berkoordinasi dengan pihak keluarga.
“Kita tanya agamanya apa, yang Muslim, sudah ada tim untuk memandikan mengkafani dan menshalatkan. Kita tawarkan, apakah mau melihat jenazah terakhir kali, atau ikut mengurus,” ujar Budiyono kepada ROL, Senin (26/1).
Ketika menawarkan untuk melihat atau ikut mengurus jenazah, kata Budiyono menjelaskan, timnya memberi tahu gambaran kondisi jenazah dan konsekuensinya. “Ada yang berani, tapi tidak banyak,” ujar dia.