Senin 26 Jan 2015 16:06 WIB

Nusakambangan, Pulau Penjara yang tak Lagi Terisolasi

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Indah Wulandari
LP Nusakambangan
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
LP Nusakambangan

REPUBLIKA.CO.ID,CILACAP--Pulau Nusakambangan mungkin kelak tidak dikenal lagi menjadi pulau penjara. Lantaran kini sebagian wilayah Nusakambangan, terutama di wilayah barat pulau tersebut sudah dipadati penduduk.

''Saat ini, bahkan terdata sudah ada 384 KK yang tinggal di wilayah tersebut,'' jelas Sekretaris Komisi A DPRD Kabupaten Cilacap Yayan Rusiawan, Senin (26/1).

Yang memprihatinkan, para pemukim yang kebanyakan merupakan pendatang dari wilayah perbatasan Jawa Barat-Jawa Tengah ini, juga telah menyebabkan kawasan hutan lindung di pulau tersebut mengalami alih fungsi lahan.

Yayan memperkirakan, dari luas areal Pulau Nusakambangan yang mencapai 21.000 hektare, sekitar 40 persennya sudah beralih fungsi dari hutan lindung menjadi kawasan perkebunan.

''Kondisi ini tentu makin memprihatinkan, karena sejak awal kawasan hutan Nusakambangan sebenarnya diharapkan bisa menjadi kawasan hutan lindung yang terjaga kelestarian flora dan faunanya,'' jelas Yayan.

Yayan yang pernah melakukan perjalanan keliling Nusakambangan ini, mengaku kawasan hutan di bagian barat Nusakambangan ini, sudah berubah menjadi lahan perkebunan. Ada perkebunan jeruk, pepaya california, jenitry, albasia, bahkan perkebunan karet yang luasnya mencapai 10 hektar.

Untuk itu, dia berharap Pemkab dan Polres Cilacap, serta Kementerian Hukum dan HAM selaku institusi pengelola Nusakambangan, segera turun tangan mengatasi persoalan tersebut.

''Nusakambangan seharusnya steril dari pemukiman. Jangan biarkan kerusakan hutan yang terjadi di Nusakambangan makin meluas,'' jelasnya.

Anggota  Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jateng wilayah III Cilacap Dedy Ruslanto mengakui kondisi hutan di Nusakambangan barat yang memprihatinkan.

''Perkembangan jumlah penduduk yang bermukim di Nusakambangan bagian barat memang cukup pesat. Tahun 2006 hanya tercatat 100 keluarga yang bermukim di kawasan itu. Namun pada  2012, bertambah menjadi  325 keluarga atau lebih dari 1.000 jiwa,'' katanya.

Mereka ini, tinggal di kawasan barat Nusakambangan yang berbatasan dengan wilayah Jawa Barat. Kawasan yang kini banyak ditinggali warga, antara lain di wilayah Selokjero, Bantapanjang, Kalijati, Jengkolan, Jongorasu dan Karanglena.

Dia menyebutkan, akibat maraknya alih fungsi lahan ini, brbagai jenis flora dan fauna yang sebelumnya merupakan  habitat khas Nusakambangan, sudah mengalami kepunahan. ''Baik karena disebabkan oleh kerusakan habitat mereka, maupun akibat berburuan dan penebangan liar,'' jelasnya.

Jenis tanaman yang kini nyaris punah di Nusakambangan adalah jenis pohon plalar (Dipterocarpus litoralis)yang sering digunakan untuk membuat perahu karena kualitasnya sangat bagus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement