REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Harga ayam dan telur di Kota Cirebon, Jawa Barat meroket. Kondisi itu dikeluhkan para pedagang maupun konsumen.
Pedagang ayam potong di Pasar Pagi Kota Cirebon, Sairoh, menyebutkan, harga daging ayam potong mengalami kenaikan sepuluh persen. Dari Rp 30 ribu per kg menjadi Rp 33 ribu per kg. "Kenaikan harga ini sudah terjadi sejak seminggu yang lalu," kata Sairoh, Senin (26/1).
Sairoh mengaku dirugikan dengan tingginya harga daging ayam potong. Sebab, kondisi tersebut membuat pembeli menjadi berkurang.
Dalam kondisi normal saat harga daging ayam masih berkisar Rp 25 ribu per kg, Sairoh mengaku bisa menjual daging ayam potong sebanyak 50 kg per hari. Namun saat ini, daging ayam potong yang laku terjual paling banyak hanya 15 kg per hari.
Sairoh menambahkan, kenaikan harga ayam telah terjadi sejak di tingkat peternak. Menurut informasi yang diterimanya, banyak ayam milik peternak yang mati akibat penyakit. "Katanya sih gitu. Ayamnya pada mati kena kok," terang Sairoh.
Kenaikan harga daging ayam potong juga berimbas pada naiknya harga telur ayam. Para peternak kini lebih memilih menetaskan telurnya menjadi ayam dibandingkan menjual telur ayam.
"Saat ini harga telur ayam mencapai Rp 23 ribu per kg," ujar pedagang telur ayam di Pasar Pagi, Kota Cirebon, Dadang.
Menurut Dadang, harga telur ayam dua pekan lalu masih mencapai Rp 20 ribu per kg. Kenaikan harga telur itu terjadi secara bertahap.
Ayu, warga di Kelurahan/Kecamatan Kejaksan, Kota Cirebon, keberatan dengan tingginya harga telur dan daging ayam potong tersebut. Dia menyatakan, saat ini lebih memilih untuk membeli tahu tempe yang harganya lebih murah. "Masak di rumah sekarang lebih banyak tahu tempe yang lebih murah," kata ibu dua anak tersebut.