REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banjir menjadi musuh utama DKI Jakarta. Salah satu penyebab utama Ibu Kota selalu diterjang banjir adalah karena cepatnya penurunan permukaan tanah.
Indonesia Water Institute menyatakan, permukaan tanah Jakarta menurun 4-5 meter per tahun. Bahkan di beberapa wilayah, kontur tanah turun hingga 28 meter per tahun. Penyebab utamanya karena pemakaian air tanah secara berlebihan.
"Ya, kita tahu permukaan tanggul yang dibuat guna menahan banjir pun otomatis ikut turun seiring penurunan muka daratan tersebut. Tanggul bisa retak dan kemudian jebol," kata Direktur Eksekutif Indonesia Water Institute, Firdaus Ali, Rabu (21/1).
Ia mengaku sudah berkali-kali mengirimkan surat kepada Pemerintah Provinsi Jakarta, agar segera mengatasi dan mencari solusi masalah tersebut. "Sayangnya sampai sekarang respon tersebut berjalan lambat," tutur Firdaus.
Pengajar Fakultas Tekhnik Lingkungan UI ini berkata, salah satu solusi untuk menekan menurunnya permukaan tanah adalah dengan menghemat pemakaian air bersih. "Agar kontur tanah tidak semakin menurun, karena untuk mendapatkan air bersih tanah harus digali sangat dalam. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap penurunan kontur tanah. Kalau tanahnya turun, otomatis banjir mudah sekali datang," katanya.
Ia mengungkapkan, saat ini masyarakat Jepang dan Belanda sudah menggunakan teknologi polder dan resevoar (drainase bawah tanah) untuk mengalirkan air ke laut. Tujuannya untuk menghalau banjir.
Namun untuk membuat sistem ini di Jakarta, harus didukung dengan tanggul yang kuat guna menahan air. Kontur tanahnya pun harus kuat. "Maka penting bagi pemerintah dan dibantu oleh masyarakat, untuk memperhatikan hal ini. Dengan kerjasama yang cukup solid, saya rasa banjir Jakarta akan lebih mudah diatasi," tutup dia.