Selasa 20 Jan 2015 15:50 WIB

‘Perempuan Perlu Belajar Pertahanan Diri’

Rep: mj02/ Red: Agus Yulianto
Workshop Woman Self Defense Of Khusin Ryu (WSDK)
Foto: Republika/Edi Yusuf
Workshop Woman Self Defense Of Khusin Ryu (WSDK)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG - Kekerasan pada perempuan ibarat fenomena gunung es. Di Indonesia sepanjang 2013, telah terjadi 279.760 kasus kekerasan pada perempuan. Jumlah ini, meningkat dari tahun sebelumnya 216.156.

Jumlah yang terus bertambah ini seakan tidak terlihat dan tidak ada penanganan lebih lanjut. Bahkan, kekerasan telah menjadi budaya. Semakin tinggi jumlahnya, maka risikonya pun akan semakin tinggi.

“Peningkatan jumlah kekerasan ini pun menandakan perempuan selama ini dijadikan obyek kekerasan dan dianggap sebagai kaum yang lemah,” kata Eko Hendrawan salah satu penggagas dan instruktur Women Self Defense of Kunshinryu (WSDK), Selasa (20/1).

Sebenarnya, kata dia, perempuan wajib mengetahui dan mempelajari kemampuan untuk mempertahankan diri ketika terjadi hal yang tidak diinginkan. Sudah saatnya, sekarang ini, perempuan bisa bela diri. “Ini sudah mutlak harus dikuasai. Karena, beladiri tidak harus memukul dan menendang,” ujar Eko.

Menurut Eko, kemampuan bela diri ini bertujuan agar perempuan memiliki kemampuan mempertahankan diri saat terjadi ancaman kriminal dan tindak kekerasan seksual. Apalagi, kata dia, tindak kekerasan bisa terjadi di manapun terutama di tempat-tempat umum, seperti di bus, angkot, jalan sepi, dan sebagainya.

Eko mengatakan, ada tiga prinsip dasar yang harus dimiliki perempuan untuk  mempertahankan diri. Pertama, prediksi yaitu mampu membaca situasi dan kondisi sekitar. Kedua, tindakan preventif dan ketiga, proteksi.

“Tunjukkan tidak suka lewat pandangan mata. Bila tidak mempan gunakan dengan lisan. Dan bila masih mengincar kita, gunakan badan sebagai senjata,” kata Eko dalam Workshop WSDK yang diadakan di Kejaksaan Tinggi Jabar.

Salah satu peserta workshop WSDK, Albert Siregar mengatakan, sangat senang dengan pelatihan ini. Pelatihan ini, kata dia, sangat bermanfaat untuk perempuan. “Di sini bela diri tidak harus dengan tenaga dalam tetapi bisa juga dengan kelembutan,” ujarnya.

WSDK ini sudah berdiri sejak 2006. Pertama kali digagas oleh Sofyan Hambali, setelah melihat tindakan kekerasan pada dua murid Aa Gym. Di Bandung, latihan WSDK ini diadakan setiap Selasa, Kamis, dan Sabtu di Jl. Taman Cibeunying No. 8 Bandung. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement