Selasa 20 Jan 2015 15:17 WIB

Elang Jawa Pertanda Ekosistem Merapi Pulih

Elang Jawa
Foto: wordpress.com
Elang Jawa

REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN--Kemunculan Elang Jawa di lereng Gunung Merapi dalam beberapa waktu terakhir ini menjadi penanda kondisi hutan di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi sudah mulai pulih pascaterdampak erupsi besar pada 2010.

"Aktivitas Elang Jawa tersebut menjadi indikator bahwa kawasan hutan lereng Gunung Merapi saat ini mendekati seperti semula," kata Koordinator Pengendali Ekosistem Hutan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) Asep Nia Kurnia di Yogyakarta, Selasa.

Menurut dia, dampak erupsi Gunung Merapi 2010, sekitar 2.400 hektare hutan di TNGM rusak."Pemulihannya, memakai dua cara, yakni dengan alami dan campur tangan manusia. Dalam pemulihan ekosistem, lebih banyak yang alami selama ini," ungkapnya.

Ia mengatakan, seperti di wilayah Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman sudah banyak lahan yang kembali hijau, tanaman tumbuh sendiri.

"Sementara, untuk cara campur tangan manusia, setelah erupsi sampai akhir 2015, ditargetkan bisa memulihkan sampai 1.000 hektare. Saat ini sudah berjalan sekitar 700 hektare," tuturnya.

Asep mengatakan, meski belum sepenuhnya pulih, namun hutan TNGM sudah membaik. Ini ditandai dengan adanya habitat beragam hewan di sana yang semakin meningkat.

"Monyet semakin banyak, juga jenis burung," ujarnya.

Ia mengatakan, sebelum erupsi Gunung Merapi 2010, TNGM mencatat ada 154 jenis burung yang hidup. Setelahnya, karena dampak bencana tersebut, sempat turun menjadi 97 jenis pada 2011.

"Saat ini sudah mencapai sekitar 140 jenis burung yang hidup. Ini menunjukkan kondisi TNGM sudah hampir pulih," tukasnya.

Salah satu jenis burung adalah spesies Elang Jawa. Sebelum 2010 tercatat ada sekitar empat sampai enam ekor. Pada 2011 hingga 2014, telah didata tinggal empat ekor saja.

"Ada kabar baik di Desember 2014, petugas sempat merekam aktivitas Elang Jawa atau Spizaetus Bartelsi masih di kawasan TNGM yang ikut wilayah Kabupaten Klaten, Jawa Tengah," katanya.

Elang Jawa, menurutnya mempunyai sifat yang sensitif. Burung jenis ini sangat selektif memilih tempat bersembunyi, atau sarang dan tersedianya pakan yang cukup serta jauh dari aktivitas manusia.

"Temuan tersebut belum bisa dipastikan apakah termasuk dalam empat ekor yang sudah hidup atau merupakan tambahan. Sebab, untuk memutuskannya diperlukan pendataan ke semua lokasi dalam waktu yang sama," tuturnya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement