REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peran pemerintah dan orang tua dinilai sangat dibutuhkan untuk menekan dampak buruk komik untuk anak-anak.
Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), Arist Merdeka Sirait mengatakan, buku atau komik yang mengandung kekerasan dan pornografi dapat berdampak buruk bagi anak-anak.
“Efek yang terjadi yaitu perubahan perilaku pembaca anak-anak itu. Karena, mereka memiliki minat yang tinggi mencari pengetahuan lewat komik, media sosial, hingga buku,” ujarnya, kepada ROL, di Jakarta, Senin (19/1) petang.
Ia menyebutkan, untuk mencegah dampak negatif penyebaran komik yang isinya mesum atau kekerasan. Maka orang tua (ortu) memiliki peran disini untuk mencegahnya.
Sebab, ia mengkritik seringkali orang tua, tidak memperhatikan apa yang dibaca anaknya. Untuk itu, para orang tua anak diminta Arist agar tidak lalai dengan membiarkan anak-anaknya membaca komik tanpa mendapat pendampingan ayah dan ibu mereka.
Orang tua juga dimintanya memberi pengertian mana buku atau komik yang bisa dikonsumsi, mana yang baik dibaca, atau bahkan tidak boleh dibuka. Pengawasan orang tua terhadap pilihan bacaan anaknya ditegaskannya sangat penting. “Karena seringkali, ortu lalai tidak memperhatikan apa yang dibaca anaknya,” katanya.
Komnas PA juga memandang bahwa guru memiliki peran dalam mencegah efek buruk komik ke psikologis anak didiknya. Untuk itu, ia juga meminta guru sekolah ikut terlibat dalam menangani efek negatif bacaan komik terhadap anak didiknya.
Yang juga tidak kalah penting, Arist menilai pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) juga memiliki andil dalam fungsi pengawasan terhadap penerbitan komik-komik itu.
“Kemendikbud bisa mengawasi komik itu impor, atau memonitor cetakannya, termasuk isi komik yang diimpor,” katanya.
Editor yang bekerja di toko-toko buku juga diminta Arist supaya menyeleksi konten komik sebelum dijual. Karena, muatan pornografi atau kekerasan bisa saja muncul di tengah-tengah halaman.