REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Peristiwa bunuh diri seorang remaja di Jakarta yang diduga akibat membaca komik perlu disikapi dengan bijak. Komik dan kartun selama ini telah menjadi salah satu media yang akrab dengan anak. Oleh karena itu, perlu ada sensor terhadap komik-komik yang bisa dibaca anak-anak
“Saya pikir tidak semua komik jelek. Jadi yang perlu ditingkatkan adalah sensor dari pihak yang berwenang,” kata Guru SMP Negeri 4 Cilawu, Kabupaten Garut, Dadan Erawan, Senin (19/1).
Dadan menyampaikan, komik dan kartun memang bisa menjadi sahabat bagi anak. Oleh karena itu, kata Dadan, potensi komik dalam merangkul anak harus dioptimalkan karena bisa membantu proses pendidikan.
Dari sisi psikologi, kata Dadan, tokoh dalam komik sering kali menjadi idola anak. Anak pun cenderung meniru perilaku tokoh tersebut. "Sering terjadi anak justru mengidolakan tokoh antagonis atau yang jahat dalam komik," kata dia. Dadan menghimbau agar orang tua mendampingi anaknya agar mengidolakan tokoh yang tepat. "Nah, peran orang tua diperlukan di sini.”
Dadan menilai, adanya sensor ketat bisa meminimalisir kemungkinan masuknya pesan negatif pada anak. Selain itu, sensor juga akan memperjelas kategorisasi pembaca karena tidak semua komik dibuat untuk anak. “Masalah sensor ini penting. kalau tidak sesuai untuk anak, ya lebih baik komik itu ditolak,” kata Dadan.