REPUBLIKA.CO.ID, KEBAYORAN LAMA -- Meski harga bahan bakar minyak (BBM) dilaporkan akan kembali turun, tetapi sejumlah masyarakat masih mengeluhkan harga sembako dan gas yang masih tinggi. Selain gas dan sembako, tarif angkutan umum pun belum turun.
Warti, pengunjung Pasar Bata Putih, Kelurahan Grogol, Keacamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan mengatakan, penurunan harga BBM menjadi percuma karena tidak diikuti dengan penurunan harga lainnya.
Pedagang nasi goreng ini mengeluhkan harga sembako sudah naik, padahal kenaikan harga BBM belum diumumkan. Tingginya harga sembako, membuatnya terpaksa menaikkan harga nasi goreng yang dijualnya. “Saya naikan harga nasi goreng, pelanggan malah berkurang,” ujar Warti.
Sopir angkot KWK B 17 tujuan Pasar Inpres-Kebayoran Lama, Ghofur mengatakan, belum ada perintah untuk menurunkan tarif. Sebab menurutnya, meski harga BBM turun, belum tentu tarif angkot akan turun juga.
"Sebab acuan tarif angkutan umum tidak hanya harga BBM. Tapi, juga harga suku cadang," kata dia.
Ghofur mengaku enggan merugi. Sebab harga suku cadang dan perawatan angkutan masih mahal. Kalau pendapatan rendah, sedangkan harga sembako masih tinggi. Profesi sebagai sopir angkot tentu tidak bisa menjamin kebutuhan keluarga lagi. "Apalagi menurut Ghofur sejak awal tahun penumpang mikrolet semakin berkurang," tutur dia.