Jumat 16 Jan 2015 11:05 WIB

Sopir Angkot Sambut Antusias Penurunan Harga BBM

Rep: C12/ Red: Yudha Manggala P Putra
Angkot
Foto: Republika/Musiron
Angkot

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK-- Sejumlah sopir angkutan umum di Depok, Jawa Barat antusias menanggapi rencana pemerintah pusat  menurunkan harga dasar Bahan Bakar Minyak (BBM).

Budi (40) salah satu sopir angkutan umum jurusan Depok Timur- Depok mengaku senang jika pemerintah kembali menurunkan harga bahan bakar minyak menjadi Rp 6.500.

Sebab, harga premium yang terjangkau bisa meningkatkan pendapatan Budi tanpa harus terpotong ongkos operasional yang tinggi. Saat ini, kala harga BBM masih Rp 7.600, Budi mengaku masih kewalahan dengan biaya operasional setiap hari.

Budi menjelaskan dengan premium Rp 6.500 ia bisa mengisi penuh bahan bakar angkotnya dengan budget Rp 120.000. Uang operasional tersebut biasa dipakai dari pagi hingga pukul satu siang.

Kalau bahan bakar minyak melonjak hingga Rp 8.500 di November 2014 uang Rp 120.000 hanya mampu menutup setengah dari kebutuhan bensin Budi.

"Kalau sekarang 7.600 ya bisa nambah dikit. Tadinya 20 liter buat sekali narik, kalo 7.600 kan cuma dapet 17 literanlah, tetep harus nambah duit kan," ujar Budi saat ditemui Republika bawah Jalan Raya Arif Rahman Hakim, Depok, Jumat (16/1).

Budi mengatakan jika harga premium kembali stabil hal tersebut akan membuat para sopir angkutan umum kembali meraup keuntungan, sehingga kebutuhan hidup pun mampu terpenuhi.

Hal senada juga diucapkan Galih (30) sopir angkutan jurusan Depok- Parung. Ia mengatakan harga premium yang naik turun membuat dirinya kewalahan, sebab tak semua penumpang paham dengan fluktuatif harga bahan bakar minyak.

Menanggapi rencana pemerintah yang hendak mengembalikan harga premium menjadi Rp 6.500 disambut Galih dengan perasaan lega. Sebab, ia bisa mengurangi jumlah pengeluaran untuk operasional.

Galih juga menuturkan tarif yang telah disepakati pemerintah sesungguhnya tak terimplementasi secara baik dilapangan. Masih banyak warga yang tak membayar penuh tarif angkutan ketika tarif tersebut tidak genap.

"Masih sering harusnya Rp 3.500 cuma bayar Rp 3.000 ini kan bikin pusing," ujar Galih sembari ngetem di bibir terminal terpadu kota Depok, Jumat (16/1).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement