Kamis 15 Jan 2015 05:23 WIB

33 Pintu Air di Banda Aceh tak Berfungsi

Pintu Air. Ilustrasi
Foto: Republika/Agung Fatma Putra
Pintu Air. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Sebanyak 33 dari 38 pintu air di Kota Banda Aceh tidak berfungsi, sehingga menyebabkan sebagian wilayah di ibu kota Provinsi Aceh tersebut tergenang air jika Krueng (sungai) Aceh meluap.

"Ada 33 pintu air rusak dan tidak berfungsi. Yang tidak berfungsi ini akan diperbaiki dan anggarannya sudah dialokasikan tahun ini," kata Sekretaris Daerah Kota Banda Aceh Ir Bahagia di Banda Aceh, Rabu (15/1).

Pernyataan tersebut disampaikan Bahagia dalam pertemuan dengan Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera I Ir Muradi BE dan jajarannya di Balai Kota Banda Aceh.

Bahagia menyebutkan, hasil survei beberapa waktu lalu disimpulkan bahwa ada beberapa penyebab terjadinya banjir di Kota Banda Aceh. Selain banyaknya pintu air yang tidak berfungsi, tingginya debit air Krueng Aceh juga menjadi penyebab banjir.

Akibatnya, lanjut dia, wilayah yang posisinya rendah di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Krueng Aceh akan menjadi kawasan luapan air sungai yang membelah Kota Banda Aceh.

Masalah banjir luapan ini, kata dia, sudah terjadi masalah musiman. Jika pintu air tidak diperbaiki, maka wilayah yang posisinya lebih rendah dari Krueng Aceh akan tetap banjir.

"Ini sudah menjadi persoalan musiman, di mana ketika musim hujan, banjir kerap terjadi di sejumlah lokasi di Banda Aceh, terutama daerah-daerah yang lokasinya agak rendah. Tentunya persoalan ini perlu kita koordinasikan dengan pihak BWS," ujar dia.

Selain itu, sebut Bahagia, debit air Krueng Aceh yang tinggi seharusnya mengalir ke Krueng Cut. Namun, yang terjadi malah sebaliknya karena sungai tersebut mengalami sedimentasi yang tinggi.

"Solusi untuk Krueng Cut adalah dengan mengeruk muaranya, sehingga debit air Krueng Aceh yang tinggi bisa dialirkan ke Krueng Cut dan langsung ke laut," kata dia.

Sementara itu, Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera I Muradi mengatakan seharusnya debit air yang mengalir ke Krueng Cut mencapai 1.300 kubik per detik dan ke Krueng Aceh hanya 900 kubik per detik. Namun, yang terjadi saat ini malah sebaliknya.

"Solusinya memang pengerukan. Namun, pengerukan muara Krueng Cut ini tentunya butuh dana. Jadi, kami menyarankan Wali Kota Banda Aceh menyurati kementerian terkait," kata Muradi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement