REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Aliran sungai alami yang berdekatan dengan perkebunan kelapa sawit mengalami kerusakan sehingga perlu direstorasi, kata peneliti University of Rhode Island (URI) Amerika Serikat, Nancy E Karraker.
"Aliran sungai itu mengalami sedimentasi dan airnya menjadi keruh karena hutan di sekitarnya telah diganti dengan tanaman sawit," katanya di Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Senin.
Padahal, kata dia, di beberapa daerah, keberadaan sungai sangat penting tidak hanya sebagai penunjang kehidupan penduduk tetapi juga kelestarian lingkungan di sekitarnya.
Ia mengatakan industri perkebunan kelapa sawit yang kian marak diupayakan khususnya di wilayah Sumatera dan Kalimantan di satu sisi merupakan salah satu penyumbang devisa yang besar bagi Indonesia.
Namun, di sisi lain perkebunan kelapa sawit yang dikembangkan dengan masif telah menimbulkan dampak kerusakan lingkungan di sekitar wilayah perkebunan.
Hal itu, menurut dia, tampak dari deforestasi hutan-hutan tropis, berkurangnya biodiversitas, dan berbagai dampak negatif lainnya.
"Salah satu dampak kerusakan lingkungan yang cukup menjadi sorotan adalah rusaknya aliran sungai alami yang berdekatan dengan perkebunan kelapa sawit," katanya.
Ia mengatakan perambahan hutan oleh perkebunan kelapa sawit menjadi faktor utama yang merusak ekosistem aliran sungai.
"Penggundulan hutan yang diganti tanaman sawit menyebabkan sungai kehilangan dukungan dari tanaman hutan heterogen yang sangat berguna bagi ekosistem. Selain itu juga menyebabkan pendangkalan hebat akibat sedimentasi yang bahkan dapat mengubah aliran air sungai," katanya.
Oleh karena itu, pihaknya kini sedang berupaya melakukan proyek penelitian restorasi aliran sungai di wilayah Sumatra Utara yang bekerja sama dengan pihak perkebunan lokal.
Menurut dia, kuncinya adalah menyadarkan para pekebun tentang hal itu agar mereka mau menyediakan sekitar lima meter lahan di sekitar aliran sungai untuk proyek restorasi.
"Lahan tersebut akan ditanami dengan tanaman karet yang dinilai berfungsi bagi upaya restorasi sungai. Tanaman karet dipilih karena dapat menciptakan heterogenitas yang lebih baik dari sawit selain juga memberikan nilai ekonomi bagi pekebun," kata Nancy.
Pakar kebencanaan FTSP UII Sarwidi mengatakan hutan di Indonesia yang luas dan tersebar, di satu sisi memang dapat menjadi sumber daya ekonomi namun di sisi lain juga mempunyai potensi bencana.
Hutan yang tidak dipelihara dan dirusak oleh tangan tidak bertanggung jawab justru mendatangkan bencana yang mengancam penduduk di sekitarnya.
"Oleh karena itu diperlukan peran dari segenap pihak mulai dari pemerintah pusat, daerah, masyarakat hingga akademisi untuk memikirkannya," kata Sarwidi.