REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALAN BUN -- Panglima TNI Jenderal Moeldoko terbang dari Jakarta dengan menggunakan Boeng-737 TNI AU ke Pangkalan Bun Kalimantan Tengah pada Kamis (8/1).
Setelah itu, perjalanan dilanjutkan dengan pesawat helikopter menuju KRI Banda Aceh yang menjadi kapal markas dalam operasi pengangkatan bagian ekor pesawat AirAsia QZ8501 yang telah berhasil ditemukan di dasar laut perairan Selat Karimata, Kalimantan Tengah.
Jenderal Moeldoko menyatakan, yang menjadi hambatan dan dihadapi tim SAR di lapangan adalah sistem pengangkatan ekor pesawat ke atas permukaan. Meski demikian, tim SAR telah menyiapkan subsurface vehicle yang dilengkapi balon khusus untuk mengambangkan pesawat dari bawah air.
“Kemampuan angkat balon yang disiapkan kurang lebih hanya 10 ton, mudah-mudahan nanti beban yang ada tidak melebihi itu. Namun demikian kendala itu sudah diantisipasi dengan menyiapkan opsi berikutnya, yakni crane pontoon yang dibawa dari Semarang,” ujar Panglima TNI.
Lokasi penemuan ekor AirAsia QZ8501 berada di titik koordinat 3 derajat 38' 39'' Lintang Selatan dan 109 derajat 43' 45'' Bujur Timur. Lokasinya berjarak sekitar 127 kilometer dari Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, dan 188 kilometer dari Pulau Belitung.
Serpihan bagian ekor pesawat telah diverifikasi oleh dua penyelam dari tim Intai Amfibi TNI Angkatan Laut yang berada di kedalaman 34 meter. Saat ditemukan, objek sudah terkoyak di beberapa sisi. Namun bentuk ekor masih jelas terlihat karena menghujam ke dasar laut.
Dalam memimpin operasi pengangkatan ekor pesawat tersebut, Jenderal Moeldoko didampingi beberapa pejabat teras TNI, antara lain Pangkoops I TNI AU Marsda Dwi Putranto, Pangarmabar Laksda Widodo, Dankormar Mayjen Faridz Washington, Asintel Panglima Laksda Amri Husaini, Asops Panglima TNI Mayjen Indra Hidayat, Aster Panglima TNI Ngakan G. Sugiartha, dan Kapuspen TNI Mayjen M. Fuad Basya.