REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Angin kencang disertai hujan ringan melanda wilayah Lampung terutama bagian pesisir provinsi ini, sejak Senin hingga Selasa (5-6/1) dini hari. Nelayan kampung Kotakarang, Bandar Lampung, belum berani melaut khawatir dengan gelombang laut yang tinggi.
Perairan Teluk Lampung hingga Selat Sunda gelombang laut, gelombang laut tinggi mencapai 1-2 meter, dalam tiga hari terakhir. Menurut nelayan Teluk Lampung, gelombang tinggi terjadi sejak akhir hingga awal 2015. Sejak itu nelayan sudah tidak melaut lagi.
Kencangnya angin pada Senin (6/1), membuat nelayan semakin mengurungkan niatnya melaut, karena khawatir dengan keelamatan di tengah laut, akibat gelombang tinggi. "Kalau sudah ada angin kencang seperti ini, tidak ada yang berani nelayan melaut, pasalnya ombak laut sampai dua meter, dan kapal bisa karam," ujar Kamsul, nelayan bermukim di Kota Karang.
Sudah hampir sepekan, sejak awal tahun, nelayan di kampung ini tidak melaut. Stok dan harga ikan mulai menipis dan tinggi. Meski masih ada nelayan kecil yang melaut, itu pun tidak mencapai perairan laut dalam. "Kalau ada yang melaut juga itu di sekitar Teluk Lampung saja, bukan laut dalam," katanya.
Yanto, nelayan lainnya, menyatakan masih menunggu kondisi cuaca membaik untuk melaut kembali. Untuk menutupi kebutuhan dapurnya, ia terpaksa beralih profesi sementara sebagai tukang ojek.
Sepinya nelayan melaut, membuat harga ikan di pasaran dan Gudang Lelang belum juga turun. Ikan giling jenis kiter yang sering dibeli orang di Pasar Gudang Lelang, berkisar Rp 27 ribu hingga Rp 28 ribu per kg, biasanya harga normal Rp 23 ribu hingga Rp 25 ribu per kg, sedangkan ikan giling jenis baji-baji mencapai Rp 38 ribu per kg, harga normalnya Rp 32 ribu- Rp 35 ribu per kg.