REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Charta Politika, Yunarto Wijaya menilai munculnya partai baru seperti Perindo merupakan keniscayaan dalam demokrasi. Pada fase transisi demokrasi yang dialami Indonesia, kemunculan partai baru menunjukkan adanya perkembangan.
Namun di sisi lain, menurutnya, demokrasi tidak hanya diukur secara kuantitatif dengan banyaknya partai. Tetapi, harus bisa menjadi sebuah organisasi modern.
Artinya, partai baru tidak boleh seperti sebuah fans club yang hanya terikat oleh kepentingan politik pemilik partai semata.
"Lebih pada ambisi politik pemilik partai saja, demokrasi kita akan terus terjebak dalam demokrasi kultus. Menurut saya ini catatan yang harus dijawab oleh Perindo," kata Yunarto kepada ROL, Selasa (6/1).
Dia mengapresiasi kehadiran Perindo yang mengalami evolusi. Setelah sebelumnya berkembang sebagai ormas, kini akan dideklarasikan menjadi parpol.
Menurutnya itu evolusi yang positif, karena terlebih dahulu berkiprah secara horizontal di tengah masyarakat. "Tapi itu tadi, jangan menjadi fans club baru. Jangan menjadi partai yang terkooptasi dengan demokrasi kultus," ungkapnya.
Sebeumnya, elite Perindo Ahmad Rofiq menyatakan, akan melakukan deklarasi menjadi parpol pada 7 Februari 2015. Ketua umum ormas Perindo, sekaligus Bos MNC Grup Hary Tanoesoedibjo, disebut-sebut akan menjadi ketum partai nantinya.