REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALAN BUN -- Jatuhnya pesawat Air Asia QZ8501 dikarenakan faktor cuaca yang tidak stabil pada saat itu. Bahkan, diduga cuaca buruk disertai dengan es menyebabkan kerusakan pada mesin pesawat tersebut.
Dilansir dari AFP, Senin (5/1) berdasarkan data dari BMKG menyebutkan bahwa suhu awan puncak minus 80 hingga 85 derajat celcius pada saat itu.
"Fenomena cuaca yang paling memungkinkan terjadi adalah icing dimana hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada mesin karena adanya proses pendinginan," kata sebuah laporan resmi BMKG tersebut.
Meski demikian, belum diketahui pula mengapa hanya Airbus A320-200 saja yang terkena fenomena tersebut, sementara enam pesawat lain berada di udara yang sama tidak terkendala situasi sama.
Salah seorang mantan komandan angkatan udara Chappy Hakim mengatakan sampai saat ini spekulasi jatuhnya Air Asia QZ8501 memang belum bisa dibuktikan, pasalnya kotak hitam dari pesawat tersebut belum berhasil ditemukan oleh tim SAR.
"Sangat tidak relevan bila saat ini kita membuat asumsi sedemikian rupa penyebab kecelakaan pesawat tersebut, sementara black box saja masih menjadi misteri," katanya menambahkan.
Pesawat Air Asia Indonesia QZ8501 rute Surabaya-Singapura dilaporkan hilang kontak dari pusat pengendali lalu lintas udara pada Minggu (28/12). Pesawat QZ8501 berjenis Airbus A320-200 dengan registrasi PK-AXC membawa 155 penumpang terdiri dari 137 orang dewasa, 17 anak-anak, dan satu bayi. Selain itu, juga terdapat dua pilot, empat awak kabin dan satu teknisi.
Tim gabungan pencarian dan penyelamatan mulai mendapatkan titik terang setelah menemukan serpihan pesawat dan jenazah sejak Selasa (31/12). Badan SAR Nasional telah mengonfirmasi bahwa yang ditemukan adalah serpihan pesawat Air Asia dan jenazah penumpangnya.