REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR - Kendati pemerintah sudah menurunkan harga BBM, namun angkutan umum di Bali, dipastikan tidak akan meurunkan tarifnya.
Menurut Ketua Organda Bali, Edi Dharma, angkutan umum saat kenaikan BBM lalu mematok kenaikan tarif sebesar 30 persen, namun hanya disetujui pemerintah antara 10-15 persen.
"Karena itu, kalau kami tidak menurunkan tarif adalah hal yang wajar," kata Edi kepada Republika di Denpasar, Ahad (4/1).
Edi menegaskan secara nasional juga tidak ada perusahaan pengelola angkutan umum yang akan menurunkan tarif. Karena mereka memandang, kenaikan tarif yang dilakukan beberapa waktu lalu, belum sepadan dengan dampak kenaikan BBM.
Saat ditanya ada beberapa kota yang perusahaan angkutan kotanya akan menurunkan tarif antara Rp 150-Rp 200, Edi justru mmpertanyakan motivasi penurunanan tarif itu. Dia melihat penurunan tarif sebesar itu bernada olok-olok dan cenderung mengejek.
"Coba mau cari uang recehan di saat seperti ini ada di mana. Kalau turunnya Rp 500-Rp 1000 masih masuk akal," ujarnya.
Sejumlah warga masyarakat ketika ditanya tentang pengaruh penurunan harga BBM terhadap tarif angkutan umum, menyatakan pessimis kalau tarif angkutan akan turun.
"Sudahlah jangan dibahas masalah itu lagi. Tidak mungkin ongkos bus akan turun. Mana mau pengusahanya nurunkan tarif," kata Bambang.