REPUBLIKA.CO.ID, LUBUKBASUNG,SUMBAR -- Bau tidak sedap mulai menyengat pasca-kematian ribuan ekor ikan atau sekitar 100 ton keramba jaring apung milik petani di Danau Maninjau, Nagari Bayua dan Maninjau, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar).
Salah seorang warga Bayua, Al Amin (27), mengatakan bau tidak sedap ini mulai dirasakan warga Nagari Bayua dan Maninjau semenjak Senin (29/12), karena saat itu bangkai ikan mulai mengapung ke permukaan Danau Maninjau.
"Saat ini sebagian bangkai ikan masih mengapung ke permukaan danau dan saya berharap bangkai ikan yang mengapung ini dibersihkan oleh petani, sehingga pengunjung Danau Maninjau menjadi betah," kata Al Amin.
Pada awal 2014, Danau Maninjau merupakan tujuan wisatawan nusantara. Dengan kondisi ini, pengunjung tidak betah berada di Danau Maninjau.
Sementara itu petani keramba jaring apung di Bancah Nagari Bayua, Candrianto (38), menambahkan pihaknya sengaja membuang ikan ke Danau Maninjau agar ikan di keramba jaring apung miliknya yang lain tidak ikut mati, akibat kadar oksigen berkurang dengan pemuaian ikan yang mati itu.
"Ikan yang saya buang ini akan memuai di Danau Maninjau dan akan menjadi pakan untuk ikan lainnya," katanya.
Pada 2012, tambah dia, pihaknya beserta petani lainnya mengubur ikan di pinggir Danau Maninjau. Untuk kematian kali ini, petani lain tidak mau mengubur bangkai ikan tersebut.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Agam, Ermanto, menambahkan DKP Kabupaten Agam akan memberikan bantuan alat berat untuk membuat lobang tempat penguburan bangkai ikan itu.
"Kita akan mengerahkan satu unit eskavator milik DKP Kabupaten Agam, apabila petani mengubur bangkai ikan itu, agar udara di sekitar tidak tercemar," katanya.
Ia menambahkan, ke 100 ton ikan jenis nila dan mas siap panen ini mati akibat curah hujan terlalu tinggi melanda daerah itu pada Kamis (25/12), sehingga oksigen di perairan menjadi kosong.