Selasa 30 Dec 2014 00:42 WIB

Paris Gagalkan Penyelundupan 170 Bayi Kura-Kura Langka

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Erdy Nasrul
Kura kura Galapagos
Foto: www.galapagosonline.com
Kura kura Galapagos

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Bea cukai Perancis menemukan 170 bayi kura-kura yang terancam punah, Senin (29/12). Bayi-bayi kura-kura tersebut dibungkus dengan selotip dan disembuyikan di kompartemen rahasia di sebuah peti kayu yang transit di bandara Charles de Gaulle, Paris.

Kura-kura itu merupakan spesies kura-kura terpancar. Kura-kura jenis ini hanya ditemukan di Madagaskar dan dihargai tinggi oleh kolektor karena pola unik di tempurungnya.  Pejabat bea cukai mengatakan kura-kura tersebut ditujukan ke Laos.

Sebanyak 15 kura-kura mati di dalam peti tersebut karena kondisi yang transportasi yang tidak sesuai. Peti kayu yang digunakan mengangkut mereka membawa timun laut pada 14 Desember. Kura-kura yang masih bertahan dibawa ke pusat penanganan kura-kura Tortoise Village di kawasan Var, Perancis. "Kami menempatkan mereka di tempat yang hangat dan membersihkan mereka dengan disinfektan. Mereka tidak mendapatkan cukup air dan akan dihidrasi kembali perlahan untuk menghindari syok," ujar direktur Tortoise Village Bernard Devaux, dikutip dari Channel News Asia.

Dia menggambarkan bayi kura-kura tersebut sebagai makhluk yang luar biasa, tetapi dalma kondisi lemah. Masing-masing kura-kura memiliki pola tempurung yang berbeda-beda. Bayi kura-kura itu mempunyai berat 20 gram dan panjang hingga empat sentimeter. Kura-kura tersebut dinilai terlalu kecil untuk diterbangkan lagi ke daerah asalnya.

Kemungkinan mereka akan berada di Perancis selama beberapa tahun sebelum dikembalikan ke Madagaskar. Kura-kura itu mampu hidup hingga 100 tahun. "Mereka dianggap sebagai kura-kura terindah di bumi. Di New York atau Tokyo mereka dihargai 10 ribu dolar AS. Orang Cina juga memburu kura-kura ini. Mereka bernilai tinggi. Mungkin akan lebih baik jika mereka jelek," kata Devaux.

Serikat Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) memperkirakan mereka akan punah dalam 50 tahun karena kehilangan habitat dan perdagangan internasional. n channel news asia/ani nursalikah

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement