Ahad 28 Dec 2014 13:53 WIB

Kisah Anak Pengemis Karcis Kereta (1)

Rep: c94/ Red: Damanhuri Zuhri
Stasiun Bogor
Foto: IST
Stasiun Bogor

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Sore itu rintik hujan masih betah berlama-lama di Kota Bogor. Orang-orang yang tak ingin pakaiannya basah, membuka payung mereka satu persatu.

Topangan payung pun tak hanya dilihat dari tangan pemiliknya, tapi di sekitaran Stasiun Bogor banyak sekali jasa sewa payung yang ditawarkan.

Sebagian besar jasa sewa (ojek) payung adalah anak-anak. Mereka sangat menyambut gembira datangnya hujan. Sebab, ketika hujan dari penumpang keretalah mereka berharap lembaran Rupiah datang.

Meskipun untuk mendapatkan Rupiah, mereka rela basah kuyup. Rutinitas jasa payung itu sudah berlangsung sangat lama di berbagai kota di negeri ini.

Setiap hari penumpang pengguna Kereta Computer Jabodetabek (KCJ) selalu memadati Stasiun di Jabodetabek. Pandangan penumpang yang baru turun tiba-tiba teralihkan oleh wajah anak-anak berusia delapan sampai 13 tahun.

Terlihat dari kejauhan anak-anak itu berlarian ke arah kerumunan penumpang. Pastinya mereka berlari dengan harapan akan diberikan kartu oleh salah satu penumpang yang keluar.

Salah satu dari gerombolan anak lugu itu bernama Suci Rahayu (9 tahun). Biasannya Suci memperoleh kartu dari penumpang yang malas ikut antrean untuk menukarkannya di pintu loket dengan uang senilai Rp 5 ribu.

''Tiketnya kepakai tidak, Om? Buat saya, Om. Tante tiketnya buat saya tante," teriak Suci sambil terkadang menggengam tangan seorang penumpang.

Suci berasal dari Kampung Panjang, Citayam, Kota Depok. Ia sengaja datang ke Stasiun Bogor untuk mencari rezeki dari setiap penumpang Kereta Rel Listrik (KRL) yang malas mengantre untuk menukarkan kartu asuransinya dengan uang.

Sesekali, di sela waktu menunggu KRL tiba di Stasiun Bogor, anak-anak itu mengisi waktunya dengan saling menjawil atau sekadar duduk-duduk di tepi bantalan rel yang sudah tidak terpakai.

Begitu mendengar kereta tiba, mereka kompak berteriak. " Yes, yes, yes, kereta datang. Yes, yes, yes, kereta datang," sorak mereka.

Suci dan teman-teman sebayanya memasang tatapan jeli kepada para penumpang yang hendak menukarkan tiket. Jika panjang anteannya mencapai 100 meter lebih, Suci menghampi penumpang yang sedang ikut mengantre.

Terkadang bila nasibnya mujur Suci berhasil mengambil perhatian penumpang. Banyak penumpang langsung memberikan kartu tiket miliknya. Tak jarang, Suci diperlakukan baik oleh penumpang dengan merengkuh pundak atau sekadar mengusap kepalanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement