REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Barisan TNI, Densus 88 dan Banser mendapat ancaman dari kelompok radikal Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) melalui video youtube.
Pakar Terorisme, R Rakyan Adi Brata, mengatakan TNI tidak perlu terprovokasi menanggapi video yang berisi ancaman tersebut.
"TNI tidak perlu merasa terprovokasi karena ancaman akan selalu ada," kata R Rakyan Adi Brata kepada Republika, Ahad (28/12).
Namun, kata Rakyan, ancaman ini juga jangan sampai dipandang remeh dan sebelah mata. Meskipun terbilang terlambat, Rakyan mengapresiasi tindakan pemerintah untuk menghentikan penyebaran ISIS dengan menutup dan melakukan pemblokiran video ancaman ISIS tersebut.
Tidak cukup itu saja, menurut Rakyan, pemerintah perlu melakukan antisipasi terhadap penyebaran virus ISIS di Indonesia dengan melakukan pendataan siapa saja warga yang berangkat dan pulang dari Irak dan Suriah.
Pendataan ini penting sebagai bahan analisa pemerintah apakah warganya masih terlibat ISIS atau tidak. "Kalau pemerintah tidak ada data, pemerintah tidak bisa melakukan assessment," papar Rakyan.
Selain itu, menurut Rakyan, pemerintah wajib meningkatkan kapabilitasnya dalam mencegah radikalisme yang berujung pada aksi teror. Pemerintah harus memiliki badan-badan khusus yang bekerja untuk mencegah radikalisme dan menjadikan badan tersebut sebagai ujung tombak pemberantasan terorisme. Sebelumnya, ISIS mengunggah video melalui youtube yang berisi ancaman terhadap TNI, Densus 88 dan Banser.
Seseorang dalam video tersebut mengatakan jika Pasukan TNI, Polri, Densus 88 dan Banser tidak sanggup mendatanginya, maka pasukan di Negeri Syam dan Irak akan mendatangi Indonesia dan membantai satu persatu pasukan TNI, Polri, Densus 88 dan Banser.