REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Seorang pekerja di kawasan Dayeuhkolot, Etty, (25 tahun), mengaku terpaksa berangkat kerja. Sebab, dirinya mengatakan jika tidak masuk bekerja upah akan dipotong. Etty juga berharap perusahaan memiliki kebijakan bagi para pekerja yang tidak masuk akibat bencana banjir. Pasalnya, Etty kesulitan menuju perusahaan karena akses tergenang air dan hanya dapat menyebrang menggunakan perahu.
‘’Kalau sejauh ini pabrik memang sebagian meliburkan pekerja tapi takutnya sih libur ini berdampak ke upah padahal kan ini bencana,’’ ujarnya.
Dilain pihak, Ketua Gabungan Serikat Pekerja Merdeka Indonesia (Gaspermindo) Kab Bandung, Mulyana Ariawinata mengatakan, berdasarkan informasi, paling tidak terdapat tiga pabrik tekstil dan garmen di Kecamatan Dayeuhkolot dan Baleendah yang terendam banjir. ‘’Informasi yang kami terima ada tiga pabrik yang terendam. Dan tidak bisa melakukan operasional, jumlah ini tidak menutup kemungkinan terus bertambah. Karena hujan terus terjadi dan banjir semakin meluas," kata Mulyana Aryawinata.
Menurutnya, merupakan hal yang biasa jika banjir semakin meluas, pihak pabrik akan memberikan keringanan untuk tidak masuk kerja bagi karyawannya. Dengan catatan, jam kerja akan diganti pada dihari lain, atau dipotong jatah cuti. ‘’Tapi untungnya jika dibandingkan tahun lalu jumlah pabrik yang meliburkan karyawannya jauh lebih banyak. Mungkin karena banjirnya baru permulaan,’’ ungkapnya.