REPUBLIKA.CO.ID, JEMBER -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jember, Jawa Timur, membentuk lima desa tangguh bencana yang tersebar di beberapa kecamatan di kabupaten setempat.
"Lima desa itu yakni Desa Slateng di Kecamatan Ledokombo, Desa Rowosari, Pringgondani, Gunung Malang di Kecamatan Sumberjambe, dan Desa Lojejer di Kecamatan Wuluhan," kata Kepala BPBD Jember Suhanan, Sabtu (27/12).
Menurut dia, kelima desa tersebut merupakan daerah rawan bencana erupsi gunung berapi dan gelombang tsunami, sehingga pembentukan desa tangguh bencana diperlukan di desa setempat.
"Desa tangguh bencana itu merupakan program pengurangan risiko bencana berbasis komunitas yang digagas oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)," tuturnya.
Ia menjelaskan program tersebut merupakan wujud tanggung jawab pemerintah terhadap masyarakatnya dalam hal penangulangan bencana karena masyarakat merupakan penerima dampak langsung dari bencana, dan sekaligus sebagai pelaku pertama yang langsung akan merespon bencana.
"Masyarakat di desa tangguh bencana perlu dibekali dalam konteks pemberdayaan agar menjadi tangguh, sehingga bukan hanya siap menghadapi bencana saja," paparnya.
Masyarakat yang tangguh bencana, lanjut dia, masyarakat yang mampu mengantisipasi dan meminimalisir bencana melalui adaptasi, sehingga mereka juga mampu mengelola ketika terjadi bencana.
"Masyarakat juga dilatih bagaimana menghindari bencana dan berkawan dengan bencana, sesuai dengan potensi bencana di daerah masing-masing," katanya.
Jika terkena dampak bencana, kata dia, mereka yang berada di desa tangguh bencana diharapkan dengan cepat bisa membangun kehidupannya menjadi normal kembali atau paling tidak dapat dengan cepat memulihkan diri secara mandiri.
"Dalam desa tangguh bencana ada sukarelawan inti yang bertugas menjadi salah satu unsur penaggulangan bencana, sehingga mereka diajak untuk mengenali dan berkawan dengan bencana," ujarnya.