REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah dua bulan tidak menulis, Kaesang Pangarep mengunggah kisah terbaru perjalanan hidupnya di blog Misterkacang.blogspot.com pada 25 Desember. Pria kelahiran 25 Desember 1994 ini, membuat tulisan berjudul 20 Tahun sekaligus sebagai penanda usianya yang menginjak 20 tahun.
Pada hari ulang tahunnya, putra bungsu Presiden Jokowi tersebut mengisahkan pula tentang kegagalannya dalam mendekati cewek ketiga yang ingin dijadikannya sebagai kekasih. Gara-gara status jomblo sejati terus disandangnya. Berikut kisahnya:
Cewek ketiga ini adalah cewek yang terakhir yang kurang beruntung karena gue taksir sampai sekarang. Cewek yang terakhir ini beda dari cewek-cewek sebelumnya karena di mata gue, doi seperti gabungan cewek pertama dan cewek kedua yang pernah gue suka.(Baca: Ini Curhatan Putra Bungsu Jokowi pada Usia 20 Tahun).
Doi punya mata dan senyum yang indah banget. Gue rela nggak nge-gym cuma untuk ngeliat senyum doi yang manis banget itu. Terdengar lebay tapi itu kenyataanya, gue kehipnotis sama senyumannya doi.
Salah satu yang membedakan doi dengan cewek sebelum-sebelumnya adalah gue selalu liat doi ceria setiap hari. Kadang-kadang juga cemberut juga sih kalo lagi masa “itu”. Jadi kalau lagi gue ejekin dan dia marah, itu berarti doi lagi kedatangan “tamu”. (Baca: Ini Kisah Putra Bungsu Jokowi dengan Cinta Keduanya)
Untuk cewek yang kali ini, gue berusaha agak keras karena gue sudah ngerasa klop sama doi. Gue sudah mencoba hal yang paling sederhana seperti mengingatkan untuk tidur yang dimana menurut gue itu salah bentuk perhatian yang simpel tapi cukup bagus. Sesekali gue juga ngirimin gambar serem ke doi untuk jahilin doi.
Gue nggak tau kenapa kirim gambar hantu ke doi walaupun sebenarnya doi takut. Gue ngerasa ngirim gambar lucu atau gombal sudah nggak ada gregetnya. Sebagai makhluk yang mengikuti ajaran super greget, gue pakai cara greget untuk ngedekatin doi walaupun ujung-ujungnya doi marah gara-gara liat gambar hantunya.
Gue paling senang kalau lagi chattingan sama doi. Dulu setiap ada notification Whatsapp, gue paling males liat siapa yang lagi kirim pesan ke gue. Tapi sekarang beda, setiap ada suara khas dari aplikasi Whatsapp, gue dengan segera cari hape gue.
Itu ekspresi gue ketika cari hp. Ya walaupun kadang-kadang gue kecewa karena ternyata itu pesan dari grup nggak jelas teman-teman gue.
Gue sudah berusaha sekeras mungkin untuk membuat si doi special dan bisa menangkap sinyal-sinyal dari tower cinta gue. Tower cinta itu kayak tower provider, cuma bedanya tower gue punya radiasi yang kuat yang terkadang bisa bikin orang sekitar galau.
Tapi sayangnya doi kayaknya menanggapinya biasa saja, dan cenderung nggak membalas, yang dimana gue harus bisa puter otak lagi tapi pada akhirnya stuck juga. Kadang-kadang gue pengen kirimin ini gambar yang gue dapetin dari 1cak.
Ujung-ujungnya gue mulai sadar kalau kayaknya gue bakalan nggak bisa dapatin dia. Gue sadar kalau doi lebih pantas sama orang lain. Gue males nanti kalau misalnya gue tembak dia, malah ngerusak pertemanan diantara kami. Gue nggak mau hal itu terjadi apalagi kayak gini.
“Jadian yuk”, kata gue ke doi.
“Maaf ya, kamu itu terlalu baik untuk aku dan aku udah anggap kamu kayak sahabatku. Lagian, kalau kita nanti jadian, aku nggak mau kalau nanti tikus di rumah aku pada pergi karena kamu maen ke rumah aku. Aku juga nggak pengen kalau tiba-tiba seluruh keluarga gue nangis gara-gara ngeliat muka kamu yang minimalis banget itu.
Yup, gue nggak mau hal ini terjadi waktu gue nembak doi. Gue akhirnya dapat wejangan dari bokap gue kalau orang yang kita sukai dan sayangi nggak harus kita jadikan pacar kita. Kita bisa jadikan mereka sebagai motivasi untuk menjadi seseorang yang lebih baik dan berguna untuk diri kita sendiri dan masyarakat sekitar. Persis banget kayak yang pernah gue lihat di 1CAK, atau jangan-jangan bokap gue wancakers sejati.
Ya begini dah, ujung-ujungnya jomblo lagi. Jomblo selama 4 tahun itu menyenangkan. Ini karena kalau gue nggak jomblo dan ngenes, gue nggak bakalan bisa dapat ide untuk blog gue ini. Sebagian besar dari tulisan blog ini berhasil gue tulis waktu gue galau. Tanpa kegalauan, gue nggak punya power untuk menuangkan semua yang ada di kepala gue ke tulisan ini.