Kamis 25 Dec 2014 01:26 WIB

Premium Habis, Warga Riau Cemas

BBM
BBM

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Sejumlah warga di Riau mengaku cemas dengan rencana pemerintah yang bakal menghapus bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis premium atau RON88 karena mahalnya harga jenis pertamax plus atau RON95 di provinsi tersebut.

"Bukan kita tak mau membeli BBM nonsubsidi, tapi anehnya di Riau yang ada hanya petamax plus dengan harga Rp12.150 per liter. Sedangkan di Jakarta atau daerah lain disediakan pertamax atau RON 92 dengan harga Rp10.000an," papar Yopi (35), warga di Pekanbaru, Riau, Rabu (24/12).

Dia membandingkan harga sekitar Rp2.000 per liter antarkedua BBM nonsubsidi tersebut yang tentu lebih mahal jika dibandingkan dengan masyarakat membeli BBM bersubsidi jenis premium.

Apalagi, jika pemerintahan Joko Widodo jadi menghapus premium yang membuat sebagian besar masyarakat di Riau khawatir. "Pasalnya, harga BBM nonsubsidi sangat mahal dibanding dengan daerah lainnya di Pulau Sumatera," ucapnya.

Alby Aira (22), warga Desa Bukit Damai, Kabupaten Rokan Hulu, Riau mengaku di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di daerahnya tidak yang menjual BBM nonsusidi jenis pertamax, melainkan hanya pertamax plus.

"Padahal di Riau ini adalah penghasil minyak terbesar di Indonesia dan punya kilang pengolahan minyak di Kota Dumai. Harusnya BBM nonsubsidi di provinsi ini bisa lebih murah dari daerah lainnya di Indonesia," cetus karyawati ini.

Ketua Komite Reformasi Tata Kelola Minyak Gas Faisal Basri pekan ini mengatakan, penghapusan impor RON88 (bahan bakar minyak premium) akan mendorong peningkatan impor RON92 (pertamax) karena kapasitas produksi Indonesia belum mumpuni.

"Kalau kita mau cepat menghapus impor RON88, impor RON92 akan naik karena kapasitas produksi bensin RON92 kita hanya ada di Balongan," kata Faisal.

Meski demikian, Faisal menambahkan, ada cara lain meningkatkan produksi RON92. Salah satunya yakni dengan menambahkan MTBE (methyl tertiary butyl ether) atau peningkat angka oktan (octane booster).

Anggota Komite Reformasi Tata Kelola Migas Darmawan Prasodjo meyakini penghentian impor RON88 dan menggantinya dengan RON92 akan lebih menguntungkan dalam jangka panjang.

Walaupun, dengan digantinya RON88 menjadi RON92, maka produksi minyak Indonesia akan mengalami penurunan. Indonesia yang semula memproduksi 6 juta barel per bulan hanya akan mampu menghasilkan 5 juta barel per bulan.

Sementara guna memenuhi kebutuhan BBM mencapai 16 juta barel per bulan, maka diperkirakan akan menambah impor RON92 menjadi 11 juta barel per bulan dari sebelumnya 10 juta barel per bulan.

"Dengan mengganti BBM jenis RON88 menjadi RON92, pemerintah bisa memberikan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan," katanya meyakinkan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement