Senin 22 Dec 2014 10:00 WIB

Permukiman Pinggiran Kota di Kalteng Belum Tersentuh Jaringan Listrik

PLN
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
PLN

REPUBLIKA.CO.ID, SAMPIT -- Masalah kelistrikan di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, tidak hanya dikeluhkan masyarakat di pedalaman, tetapi bahkan juga di kawasan pinggiran Kota Sampit.

"Di tempat kami itu baru sekitar 60 persen yang mendapat pasokan listrik, sisanya belum. Masyarakat sangat berharap bisa menjadi perhatian serius untuk dicarikan solusinya," kata Lurah Tanah Mas Kecamatan Baamang, Supriadi di Sampit, Minggu (22/12).

Kelurahan Tanas Mas terbilang cukup dekat dengan pusat Kota Sampit. Ironisnya, masih banyak rumah warga di kawasan itu belum tersentuh jaringan listrik milik PT Perusahaan Listrik Negara.

Untuk memenuhi kebutuhan daya listrik, masyarakat menggunakan mesin generator set atau genset dan harus mengeluarkan biaya membeli bahan bakar untuk menghidupkan mesin tiap harinya. Namun bagi warga tidak mampu, mereka terpaksa menggunakan penerangan lampu minyak seadanya.

Selain pasokan listrik, masalah lain yang dihadapi masyarakat setempat adalah jalan rusak dan kurangnya sarana air bersih. Keluhan-keluhan itu sudah disampaikan dalam musyawarah perencanaan pembangunan, namun karena dana pemerintah yang terbatas membuat belum semua usulan disetujui.

"Di sana ada beberapa perusahaan yang beroperasi. Kami berharap perusahaan tahu hak dan kewajiban mereka dalam membantu masyarakat," harap Supriadi.

Sementara itu, kondisi serupa juga terjadi di kawasan pedalaman Kotim. Beruntungnya, kini sebagian masyarakat bisa menikmati penerangan menggunakan pembangkit listrik tenaga surya yang merupakan bantuan dari pemerintah.

"Listrik PLN belum masuk, jadi mengandalkan listrik surya (PLTS) atau genset. Yang murah itu kalau sudah ada PLTS karena kalau pakai genset kan harus beli minyak, apalagi harganya naik," kata Sekretaris Desa Tumbang Ngahan Kecamatan Antang Kalang, Milyono.

Desa ini bisa bisa dijangkau melalui jalur darat dengan waktu tempuh sekitar tujuh jam, setelah akses jalan darat dibangun pada 2009 lalu. Ada 107 kepala keluarga terdiri dari 391 jiwa yang menghuni desa ini.

Masyarakat Desa Tumbang Ngahan cukup beruntung karena belum lama ini sebagian warganya mendapatkan bantuan PLTS yang diserahkan oleh pemerintah daerah. Ini sangat membantu karena warga tidak perlu lagi menggunakan genset atau lampu teplok, khususnya untuk penerangan.

"Kami mengusulkan PLTS ini pada 2013 lalu dan disetujui. Sebagian besar kepala keluarga dapat bantuan, tapi informasi yang saya terima masih ada sekitar 20 kepala keluarga yang belum dapat. Ini kami usulkan lagi untuk bantuan tahun berikutnya," jelas Milyono.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement