REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Bencana tanah longsor terus mengintai warga Kota Malang, terutama bagi yang tinggal di sempadan sungai. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Malang mencatat, ada 23 titik rawan longsor yang tersebar di lima kecamatan di Kota Malang.
“Saat musim hujan, bahaya longsor mengancam warga yang tinggal di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Brantas,” kata Plt Kepala BPBD Kota Malang, J Hartono, Ahad (21/12/).
Lima kecamatan yang rawan longsor antara lain, Kecamatan Sukun dan Kedungkandang, masing-masing terdapat tujuh titik rawan longsor. Kecamatan Blimbing empa titik, Klojen tiga titik dan Kecamatan Lowokwaru ada dua titikr.
Hartono mengatakan warga yang tinggal di sepanjang DAS untuk waspada, karena tinggi curah hujan membuat volume air sungai bertambah besar sehingga menyebabkan plengsengan sungai rubuh. Hartono mengatakan pemukiman di DAS Brantas paling banyak berada di Kecamatan Lowokwaru dan Sukun, banyak pemukiman di sepanjang Kali Metro, Lowokwaru, Kota Malang.
Kepala Bidang Perumahan dan Tata Ruang Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Tedy Soemarna mengatakan tidak tahu persis bangunan rumah di DAS Brantas, dan bangunan tersebut adalah liar. Pihaknya mengaku tidak mempunyai wewenang untuk menertibkan bangunan liar tersebut. Tetapi, DPU hanya bisa mengimbau agar warga setempat lebih waspada saat musim penghujan datang.
Pemkot Malang sudah menyediakan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) di Buring, untuk menampung warga yang tinggal di DAS Brantas. Tedy mengatakan pihaknya sudah sering menghimbau masyarakat yang tinggal di DAS Brantas, agar waspada saat musim hujan karena kawasan tersebut rawan terjadi banjir dan longsor.
Peristiwa longsor terakhir terjadi di Jl Simpang Sulfat Utara RT 4 RW 5 Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing, Kota Malang. dan mengancam lima bangunan rumah warga yang jaraknya berdekatan dengan sungai. Pada hari ini warga dibantu tim reaksi cepat (TRC) dari BPBD Kota Malang membersihkan material longsor di sungai tersebut.