Ahad 21 Dec 2014 20:59 WIB

Kacung Marijan: Budaya Jaga Indonesia dari 'Buaya'

NU
NU

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Dirjen Kebudayaan Kemdikbud Prof Dr Kacung Marijan MA menegaskan bahwa kebudayaan penting untuk pembangunan, karena budaya-lah yang menjaga Indonesia dari "buaya" atau sikap tidak berperikemanusiaan.

"Jadi, tugas kebudayaan adalah menjaga hilangnya huruf d dalam kata budaya agar tidak menjadi buaya," katanya saat membuka 'NU di Tahun Kebudayaan 2014' di teras utara Gedung PWNU Jatim, Minggu sore (21/12).

Dalam acara yang digelar oleh Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) Nahdlatul Ulama (NU) Jawa Timur itu, ia menjelaskan NU sendiri memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga kebudayaan Nusantara, seperti peran Lesbumi.

"Bahkan, NU merupakan komunitas yang lahir dan hidup dalam kebudayaan, karena Nahdlatul Ulama adalah Islam Nusantara yang menunjukkan bahwa Islam dan kebudayaan itu tidak bertentangan, bahkan keduanya bisa saling berkolaborasi," katanya.

Menurut Guru Besar Ilmu Politik Unair itu, bila kebudayaan menjadi "arus utama" dalam pembangunan, maka pembangunan akan semakin memiliki makna, karena kebudayaan itu memiliki tiga dimensi.

"Tiga dimensi penting dalam kebudayaan adalah sistem nilai, ekspresi, dan materiil. Sistem nilai itu berkaitan dengan ketuhanan dan etika, sedangkan ekspresi itu berkaitan dengan bentuk seperti lukisan, tari, dan sebagainya. Untuk materiil adalah bentuk fisik seperti candi dan bangunan bersejarah," ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Kacung Marijan melaporkan perkembangan pembangunan Museum Islam Nusantara di kompleks Pesantren Tebuireng, Jombang, Jatim. "Tahun ini, saya membangun 39 museum, termasuk Museum Islam Nusantara di Jombang itu," katanya.

Ia menargetkan Museum Islam Nusantara itu akan selesai dibangun pada akhir tahun 2015. "Insya-Allah bertepatan dengan Muktamar NU 2015 akan bisa terselesaikan," kata Kacung yang juga bertekad membangun Laboratorium Kebudayaan di SMA/SMK itu.

Sementara itu, Ketua PWNU Jatim KHM Hasan Mutawakkil Alallah menyatakan NU membuka pintu lebar bagi para seniman dan budayawan untuk membuat kegiatan di kantor-kantor NU se-Jatim atau mengadakan kegiatan budaya bekerja sama dengan pengurus NU se-Jatim.

"Bagaimanapun, keberadaan Lesbumi itu penting di era globalisasi seperti sekarang ini, karena semua negara pada era ini akan menjadi limpahan budaya global, padahal budaya itu merupakan identitas dan bukti kehebatan suatu negara," katanya.

Pengasuh Pesantren Zainul Hasan, Genggong, Probolinggo itu menyatakan ajaran Islam itu tidak memberangus budaya, bahkan Islam bisa mengaliri nilai-nilai religius pada kebudayaan yang tidak Islami. "Para walisongo sudah membuktikan itu," katanya.

Acara "NU di Tahun Kebudayaan 2014" digelar Lesbumi NU Jatim selama sepekan di Gedung PWNU Jatim, Jalan Masjid Al Akbar Timur 9, Surabaya, 21-27 Desember 2014 adalah workshop kaligrafi (21-22/12), pameran lukisan yang melibatkan 19 pelukis (21-27/12) dan pembukaan (21/12).

Selain itu, diskusi budaya bersama Eros Djarot dan Acep Zamzam Noor (22/12), Pagelaran Musik Islami (22/12), diskusi sastra dan bedah puisi (23/12), penutupan dengan Musik Patrol dan pemutaran film dokumenter (27/12).

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement